Mohon tunggu...
Maria G Soemitro
Maria G Soemitro Mohon Tunggu... Administrasi - Relawan Zero Waste Cities

Kompasianer of The Year 2012; Founder #KaisaIndonesia; Member #DPKLTS ; #BJBS (Bandung Juara Bebas Sampah) http://www.maria-g-soemitro.com/

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Melihat Tren Hijab, dari Masa ke Masa

28 Juni 2017   10:53 Diperbarui: 30 Juni 2017   09:45 5569
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekitar tahun 1990-an, sangat jarang ditemui perempuan menggunakan hijab untuk menutupi rambutnya. Bahkan tahun 1995 tatkala saya memasukan anak sulung ke TK (Taman Kanak-Kanak) hanya 2 orang ibu yang menggunakan hijab. Tapi kini? Jangan ditanya, cukup sulit mencari perempuan yang  membiarkan rambutnya tergerai.

Tentu saja apa yang terjadi di sekolah pembauran tersebut tidak dapat merefleksikan situasi sesungguhnya di masyarakat Indonesia. Tapi tumbuh suburnya industri busana muslimah pastilah berkaitan dengan kebutuhan perempuan masa kini. Sehingga sangat menarik untuk membahas penggunaan kain penutup kepala yang mengalami perubahan dari masa ke masa, karena seperti kata desainer Ivan Gunawan: "Untuk muslimah, hijab itu pengganti rambut. Jadi pilihlah yang bagus dan kreasikan".

Setuju dengan pendapat Ivan? Mungkin tidak. Seperti penggunaan kata hijab yang saya campur di sini dengan jilbab dan kerudung. Karena jika merunut wiki, jilbab merupakan keseluruhan busana  muslim, sementara tulisan sederhana ini hanya membahas kain kerudung. Itupun menjadi polemik di antara pemakainya yang disebabkan perbedaan tafsir antar ulama. Untuk itu saya berpegang pada penjelasan ulama terkenal tanah air, Quraish Shihab yang menjelaskan mengenai perbedaan tafsir jilbab sebagai berikut:

Perbedaan para pakar hukum itu adalah perbedaan antara pendapat-pendapat manusia yang mereka kemukakan dalam konteks situasi zaman serta kondisi masa dan masyarakat mereka, serta pertimbangan-pertimbangan nalar mereka, dan bukannya hukum Allah yang jelas, pasti dan tegas.

Mungkin perbedaan itulah yang menyebabkan  jilbab di Indonesia mengalami tren. Tidak statis seperti di negara lain. 

Seperti apa? Yuk kita lihat.

1. Kerudung Cekek

sumber: gaya.tempo.co
sumber: gaya.tempo.co
Adalah ustaz Aam Amirudin, ulama yang kerap muncul di salah satu stasiun televisi nasional menamai hijab ini sebagai kerudung cekek. Mungkin karena terlihat seperti mencekik leher. Pemakaiannya dengan cara membelitkan ujung kerudung segi empat ke leher, kemudian diikat erat.  Inneke Koesherawati menggunakan gaya kerudung cekek tatkala memulai langkah fenomenalnya, menanggalkan atribut seksi dengan berbusana muslimah pada sekitar tahun 2001. 

Ada 2 cara pemakaian kerudung cekek, tergantung bahannya. Bahan segiempat membutuhkan banyak peniti untuk bagian samping wajah bawah leher hingga sekitar telinga, sungguh sangat ribet ^^ . Sedangkan bahan instan (kaus), cukup menarik sisa bahan kebelakang dan pasang peniti di situ. Salah seorang pejabat yang hingga kini masih setia menggunakannya adalah walikota Surabaya, Tri Rismaharini. Pertimbangan perempuan enerjik itu tentunya karena simple dan praktis.

2. Kerudung Si Cinta

sumber: inilah.com
sumber: inilah.com
Si Cinta nama panggilan Atalia Praratya, istri Ridwan Kamil, Walikota Bandung, menggunakan hijab yang khas. Begitu banyaknya yang kesengsem melihat kerudung ini hingga dibuat video agar siapapun bisa meniru. Penggunaannya tidak seribet kerudung cekek, hanya membutuhkan peniti untuk mempersatukan kerudung di bawah dagu. Kemudian kedua ujung kerudung segi empat dibelitkan di seputar leher agar rapi, ujung lainnya dibiarkan terjuntai hingga membentuk siluet yang bagus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun