Mohon tunggu...
Suci Maitra Maharani
Suci Maitra Maharani Mohon Tunggu... Wiraswasta - Tidak suka kopi

Quarter of Century

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Semua Orang adalah Alissa

13 Juli 2018   22:08 Diperbarui: 13 Juli 2018   22:32 872
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di taman belakang rumahnya aku mendengar Alissa kembali bercerita pagi ini. Ia, seperti biasa, selalu anggun dalam kecantikannya yang alami.

"Lang, kau lihat, kan? Mereka selalu memandangku begitu rupa. Seperti jijik. Padahal telah ribuan kali aku mematut diri di depan cermin, dan aku yakin aku sudah cantik."

Mendung memenuhi air muka Alissa, senyum menghilang dari bibirnya yang mungil.

"Lang, apakah ada yang salah dengan caraku berpakaian? Dress biru muda ini, kupadu dengan bandana putih di rambut, sepatu putih di kaki, juga arloji putih di pergelangan tangan. Warnamu, bukan? Dan itu warna kesukaan semua orang. Tapi mereka tidak. Berpapasan denganku mereka seperti bertemu dengan kotoran yang harus dihindari." 

Hampir setengah tahun ini Alissa selalu datang kemari. Bertemu, menatapku, berkisah tentang segala yang ada di dalam kepalanya. Dan dengan senang hati aku mendengarkan.

"Lang, aku merasa sepi di rumah sendiri. Dulu rumah ini begitu riuh, ceria, dan warna-warni. Tapi sekarang, semuanya kelabu." 

Ya, Alissa, aku mengerti. Bagian ini kau mengulangnya setiap hari.

"Eh, kau ingat dulu saat awal kau memintaku menemani hidupmu?"

Alissa terkikik kecil, pipinya bersemu dadu.

"Kau datang ke rumahku, mengaku sebagai tamu Ibu. Padahal kau hanya ingin melamarku. Aah.. aku tidak akan lupa saat Ibu bilang padaku bahwa ia menyukaimu. Dan restunya turunlah untuk kita berdua."

Binar mata Alissa menjadi cantik sekali tiap kali cerita sampai di sini.

"Dan Ibu kemudian sibuk sekali, Lang. Malam temu keluarga segera digelar, juga segera menentukan tanggal pernikahan. Semua orang berbahagia, juga Mandy -- kakak yang dengan sepenuh rela kulangkahi sebab ia masih ingin membesarkan karirnya. Tapi pun Mandy telah berubah sejak kau terlambat." 

Alissa diam sejenak. Ayolah, lanjutkan ceritamu, Alissa. Aku masih mendengarkan.

"Aku tak mengerti. Keterlambatanmu di hari pernikahan membuat mereka cemas. Sedangkan aku percaya kau pasti datang. Ini hanya soal waktu. Toh kau pun datang tepat janji di malam lamaran yang syahdu itu, kan?" 

"Mereka tak ingin sabar, pernikahan dibatalkan. Mereka secepat itu mengambil keputusan, padahal aku masih ingin tetap menunggumu. Aku percaya kau, Lang. Kau tak pernah membohongiku."

Cerita Alissa tiba-tiba terhenti, seseorang memanggilnya.

"Alissa, kau harus ikut kali ini, nak."

Itu suara Ibu. Tapi ia tak sendirian. Ada lima orang pria di belakangnya. Mandy juga ada di sana.

Alissa tampak terkejut dan entah mengapa ia begitu bingung, seperti mencari tempat berlindung.

"Langit pasti datang, Ibu, Langit pasti datang!!"

Alissa berteriak-teriak.

"Langit sudah mati, Alissa!"

Mandy sigap meraih tangan Alissa, dibantu lima pria yang sejak tadi memperhatikan Alissa-cenderung mengincar. Ibu, di dekat pintu tampak menggenang-genang airmatanya.

"Maafkan Ibu kali ini, nak."

Sosok penuh cinta itu hanya memandangi Alissa yang terus meronta ketika melintas di hadapannya. Mandy menyerahkan selembar foto yang selalu dipeluk Alissa, bahkan saat tengah bercerita padaku.

Sebentar, hmmhh... rupanya lelaki di foto itu yang bernama Langit. Memang nama yang sama denganku, sih. Itu lelaki yang setiap hari dinanti oleh Alissa. Tapi, mengapa Mandy bilang Langit sudah mati?

Di halaman depan rumah aku melihat Alissa dituntun memasuki sebuah mobil. Kondisi tubuhnya tampak sekali lemas. Aku menduga cerita Alissa akan berjeda beberapa waktu.

Ternyata tidak. Alissa tak pernah berhenti bercerita. Alissa terus bicara pada Langit, meski bukan padaku. Tapi yang menyenangkan adalah Alissa tak perlu takut-takut kini. Ia sempurna dalam dunianya. Ia tak lagi berbeda.

Semua orang adalah Alissa.

[-]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun