Mohon tunggu...
Lia Sukriati
Lia Sukriati Mohon Tunggu... Freelancer - ghostwriter, web content writer, copywriter

Seorang ibu yang banyak tinggal di rumah, menghabiskan waktu di depan laptop, keluar rumah hanya untuk antar anak ke sekolah, hobi travelling, baca, menulis, dan belanja online, suka skip resep masakan tapi jarang dipraktekkin

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Sebuah Essai Pandemi Covid 19 di Indonesia dan Dunia

29 Juni 2020   10:32 Diperbarui: 7 April 2021   14:20 70229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Virus corona yang menyebabkan pandemi COVID-19 yang terjadi di seluruh dunia saat ini. sumber: pexels.

SWAB, tes ini dilakukan dengan mengambil sampel air liur, cairan di pernapasan bawah, menyeka belakang tenggorokan atau dengan sampel tinja. Pelaksanaannya dengan memasukkan alat semacam cotton buds, tapi dengan ukuran lebih panjang ke dalam hidung atau mulut bagian dalam hingga terdapat cairan/lendir yang menempel pada alat tersebut, kemudian dimasukkan dalam wadah yang tertutup rapat untuk dibawa ke laboratorium untuk diteliti dengan metode PCR.

PCR atau Polymerase Chain Reaction, adalah suatu metode pemeriksaan virus corona dengan mengetahui bahan genetik di dalam virus.
Dari ketiga tes tersebut, jelas yang lebih efektif adalah dengan metode SWAB dan PCR. SWAB dan PCR ini saling berkesinambungan. Dimana dalam tes SWAB, hasilnya diketahui dengan metode PCR. Sedangkan dalam Rapid test, diketahui bukan hanya mendeteksi virus coronna saja, tapi virus-virus yang lain juga. Sehingga jika seseorang dinyatakan positif dalam rapid test, belum tentu dia positif covid 19, bisa saja dia positif virus yang lain. Maka dari itu, diperlukan test tambahan yaitu SWAB/PCR.

Berbeda dengan metode SWAB dan PCR, yang hasilnya lebih akurat. Di indonesia saat ini, menggunakan rapid test dengan metode serologi, untuk mendeteksi infeksi corona secara massal. Namun para dokter/ahli kesehatan menyarankan untuk menggunakan rapid molecular berbasis PCR, yang hasilnya lebih efektif dan akurat, dimana bukan hanya mendeteksi orang dengan gejala ringan, seperti yang telah disebutkan diatas (tanda-tanda seseorang terinfeksi corona) ataupun OTG (Orang Tanpa Gejala).

Saat ini, terdapat banyak fakta-fakta baru tentang corona, salah satunya tentang OTG ini. Jika sebelumnya, orang positif corona bisa dilihat dari gejala-gejalanya, sekarang para ahli menyebutkan bahwa orang positif corona pun bisa tanpa gejala, mereka tidak mempunyai keluhan-keluhan apapun tentang masalah kesehatan, terutama dengan keluhan-keluhan seputar corona,terlihat sehat secara fisik,namun setelah diadakan tes,baik itu secara rapid test ataupun SWAB, ternyata mereka positif corona. Mereka inilah yang disebut 'Carrier", yang tanpa mereka sadari, justru mereka ini yang mempercepat penyebaran corona ini. Dimana, mereka merasa karena mereka tidak punya gejala ini, mereka merasa sehat dan pergi ke tempat-tempat keramaian tanpa ada perlindungan diri dan melakukan kontak fisik dengan orang-orang yang rentan terkena virus corona ini.

Orang-orang yang rentan ini meliputi orang-orang berlanjut usia diatas 60 tahun dan anak-anak,dimana imunitas mereka lebih rendah dari orang-orang yang masih dalam masa produktif, yaitu antara 25 th-40 th. Walaupun memang, kuantitas anak-anak yang terkena virus corona tidak lebih banyak dari orang-orang lanjut usia, dimana riwayat penyakit bawaan juga berpotensi memperparah kondisi kesehatan setelah mereka terkena virus corona ini.

Dan bukan hal yang baru pula, jika jumlah kematian terbesar  karena virus corona di Indonesia dan dunia diikuti dengan riwayat penyakit bawaan yang diderita. Dengan perbandingan, faktor kesembuhan pasien corona tanpa riwayat penyakit bawaan lebih besar dibandingkan dengan pasien corona dengan riwayat penyakit bawaan.
Lebih jelasnya bisa digambarkan seperti di bawah ini :

Saat virus corona menyerang tubuh seseorang, dalam waktu 2-14 hari, disaat imunitas seseorang itu sedang baik, maka mereka itu disebut carrier, yang kemungkinan besar bisa menyebarkan virus corona ini terhadap orang-orang yang rentan terkena virus ataupun yang imunitas tubuhnya sedang rendah/tidak fit. Termasuk disini orang-orang lanjut usia dan anak-anak, dengan tanpa mereka sadari.

Saat virus corona masuk ke tubuh seseorang, dalam wakru 2-14 hari, sedangkan imunitas mereka dalam keadaan tidak fit/rentan. Maka mereka bisa langsung menjadi pasien positif covid 19.Apalagi jika mereka mempunyai riwayat penyakit bawaan.

Penyebaran covid 19 yang begitu cepat ini, mendorong negara-negara di dunia untuk mencari cara bagaimana menghentikan penyebaran virus ini agar tidak memakan korban lebih banyak lagi. Begitu juga di Indonesia.

Ada beberapa langkah yang telah ditempuh pemerintah indonesia untuk menghentikan penyebaran virus ini, diantaranya :

Melakukan PSBB dan karantina wilayah.Disaat negara-negara lain melakukan '"lockdown" (penutupan secara tertutup dan penghentian total tempat-tempat yang diduga menjadi sumber penyebaran virus corona, termasuk diantaranya alat transportasi dan pusat kesehatan). Indonesia juga  melakukan PSBB (pembatasan sosial berskala besar).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun