Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

[Populer dalam Sepekan] Mengenang Habibie | Kabut Asap | RUU KPK

16 September 2019   01:26 Diperbarui: 16 September 2019   05:25 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Presiden ke-3 Republik Indonesia Bacharuddin Jusuf Habibie meninggal dunia di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta, Rabu (11/09/2018) pada usia ke-83 tahun.

Sebelumnya memang Habibie sudah dirawat secara intensif sejak 1 September dan ditangani oleh 44 dokter spesialis dari berbagai bidang keahlian seperti penyakit dalam, ginjal, dan jantung.

Atas wafatnya BJ. Habibie, lalu Pemerintah menetapkan berkabung nasional selama tiga hari sampai Sabtu (14/9).

"Kami mengimbau kepada masyarakat, juga kepada kantor-kantor lembaga negara atau pemerintah, baik di dalam maupun luar negeri untuk mengibarkan bendera setengah tiang sampai tanggal 14 September 2019," kata Menteri Sekretaris Negara Pratikno, di Kementerian Sekretariat Negara, Jakarta.

Selain kabar duka meninggalnya Presiden ke-3 Republik Indonesia Bacharuddin Jusuf Habibie, masih ada topik lainnya seperti penetapan Pimpinan KPK periode 2019-2023 hingga kabut asap di wilayah provinsi Riau dan Kalimantan Barat.

Berikut 5 artikel terpopuler di Kompasiana dalam sepekan:

1. Beredar Hoaks Pesan Habibie "Kalaulah Sempat"

Kompasianer Esti Maryanti merasa kesal ketika tidak lama setelah ia mendapat kabar bahwa Presiden ke-3 Republik Indonesia Bacharuddin Jusuf Habibie meninggal.

"Sebuah pesan broadcast muncul di WA, dengan judul 'Kalaulah Sempat' dan mencatut nama Pak Habibie sebagai penulisnya," tulisnya.

Isinya, lanjut Kompasianer Esti Maryanti, diawali dengan pra-narasi kutipan dari Pak Habibie saat pidato di Cairo tentang beliau yang dianugerahi ilmu teknlogi tetapi sadar kemudian bahwa ilmu agama lebih penting.

Dalam pesan tersebut, narasi renungan menyebutkan bahwa pak Habibie seolah menyesalkan waktu hidupnya. (Baca selengkapnya)

2. Habibie Itu Tidak Pernah Dendam kepada Soeharto

Jika kita ingat, proses BJ. Habibie menjadi Presiden ke-3 Republik Indonesia adalah dengan menggantikan Presiden Soeharto --yang ketika itu sudah berkuasa 32 tahun lamanya.

Setelah itu, yang terjadi adalah hubungan antara Presiden RI kedua Soeharto dengan Presiden RI ketiga BJ Habibie retak sejak reformasi 21 Mei 1998, hingga Soeharto menolak bertemu Habibie sampai akhir hayatnya.

Habibie mengungkapkan, tulis Kompasianer Dasman Djamaluddin, pada dasarnya ia tidak memiliki masalah dengan Soeharto termasuk dengan keluarganya.

"Saya tidak ada masalah dengan Pak Harto (Soeharto) dan seluruh keluarganya," kata Habibie di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Senin, 21 Mei 2018. (Baca selengkapnya)

3. KPK Perlu Diubah Menjadi "Komisi Pemberantasan Kekafiran"

Setidaknya ada 2 hal penting upaya yang tengah terjadi pada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), yaitu pemilihan pemimpin dan revisi Undang-Undang KPK.

Ironisnya, menurut Kompasianer Hendra Wardhana, serangan terhadap KPK tidak hanya dilakukan oleh para koruptor, tapi juga dilancarkan oleh pihak-pihak yang semestinya memperkuat KPK.

"Revisi UU KPK diyakini merupakan bagian dari upaya sistematis untuk melemahkan KPK dengan cara melucuti kewenangan dan mengurangi ruang gerak KPK," lanjutnya.

Harapannya, kini, Pemerintah mampu menangkap pesan bersikap lebih tegas dan jelas atas suara yang juga dilakukan rakyat untuk turut serta melindungi lembaga anti-rasuah ini. (Baca selengkapnya)

4. Melacak Kabut Asap di Indonesia Sepanjang 2019

Kabut asap kembali menjadi perhatian publik karena sudah mengganggu aktivitas warga di Provinsi Riau dan Kalimantan Barat.

Bahkan, Kepada Dinas Pendidikan pada kedua wilayah tersebut sampai mengeluarkan instruksi untuk meliburkan sekolah.

Kompasianer Achmad Siddik Thoha mencoba untuk melakukan catatan sudah berapa kali terjadi kebakaran hutan sepanjang 2019.

Bahwa, tulisnya, penyabab karhutla hampir semuanya dari kegiatan manusia baik unsur kesengejaan maupun kelalaian. Umumnya kasus kebakaran ditemukan di lahan dibandingkan di hutan.

"Pada lahan di luar hutan yang banyak berupa hamparan smeak belukar dan alang-alang sangat mudah dibakar dan terbakar cepat," tulis Kompasianer Achmad Siddik Thoha. (Baca selengkapnya)

5. Rindu Timnas Pra-Piala Dunia '86

Pada babak kualifikasi Piala Dunia FIFA 2022 di Qatar zona Asia, Indonesia tergabung pada grup G bersama dengan Malaysia, Thailand, Kamboja, dan Uni Emirat Arab.

Sayangnya, pada 2 laga awal yang digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno, sama sekali Indonesia tidak mendapat satu poinpun. Kalah dari Malaysia (2-3) dan Thailand (0-3).

Kompasianer Elang Salamina sejenak mengajak kita untuk sedikit bernostalgia, paling tidak, pada masa kejayaan Timnas Indonesia.

"Timnas sepak bola Indonesia pada tahun 1986 dianggap sebagai skuad terbaik sepanjang sejarah. Pada saat itu Timnas selangkah lagi masuk putaran final piala dunia di Mexico," tulisnya. (Baca selengkapnya)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun