Mohon tunggu...
Khairunnisa Musari
Khairunnisa Musari Mohon Tunggu... lainnya -

"Satu peluru hanya bisa menembus satu kepala, tapi satu telunjuk (tulisan) mampu menembus jutaan kepala" - Sayyid Quthb. Untuk artikel 'serius', sila mampir ke khairunnisamusari.blogspot.com dan/atau http://www.scribd.com/Khairunnisa%20Musari...

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Ketika Sang Istri Mencintai yang Lain dan Suami Tampak Biasa-biasa Saja, Benarkah Tidak Ada Apa-apa?

9 Juni 2012   13:12 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:12 576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hmfffhhh...

Saya harus menarik nafas panjang dulu ketika hendak menuliskan ini. Dari kemarin, pikiran saya sudah bergulat tentang perlu tidaknya menuliskan kisah-kisah ini. Seperti yang pernah saya tulis sebelumnya, saya tidak begitu suka membahas hal-hal pribadi suami istri di publik. Tapi belakangan ini, sahabat-sahabat saya, juga kolega-kolega saya, termasuk orang-orang yang membantu saya berdagang baju, banyak mencurahkan perasaan tentang hal-hal berbau cinta. Ada yang akhirnya sukses menikah. Ada yang masih menggantung. Ada yang masih dalam tahap intropeksi. Ada yang membiarkannya mengalir bersama waktu. Dan lain sebagainya. Aduuuuh, bahasan ini terlalu pribadi... Terlalu urusan hati... Bahkan saya juga merasa sakit menuliskan ini...

Membaca Serial Cinta dari Anis Matta-lah yang membuka mata saya. Termasuk ketika mengaji bersama Murobbiah kemarin yang membuat saya ingin menuliskan ini. Ketika seseorang telah berkeluarga, masalah-masalah muncul bukan hanya berkutat seputar urusan finansial, anak, orangtua, mertua, rumah, pekerjaan, sekolah, pembantu, tetangga... tetapi juga urusan cinta.

Kemarin, Murobbiah saya membahas tentang 7 hamba yang mendapat perlindungan dari Allah ketika di Arsy’.  Ketika ditanya kepada anggota majelis, mana dari 7 kriteria hamba tersebut yang paling mendekati diri kami masing-masing, hampir semuanya menjawab kriteria nomor 7, yaitu orang yang dalam kesendirian, kemudian menangis dan mengingat Allah.

Murobbiah saya kemudian menanyakan satu-persatu, apa yang paling membuat kami menangis dan kemudian mengingat Allah. Ada yang menyebutkan tentang tangisnya ketika anak-anaknya yang dulu waktu masih kecil tampak manis-manis ternyata ketika dewasa malah banyak bertikai dan sering berkonflik, ada yang sesenggukan menangis teringat dulu sering menyakiti Ibunya dan kini Ibunya sudah tiada, ada yang teringat dengan dosa-dosa yang pernah dilakukannya, dan lain sebagainya.

1339250410712475419
1339250410712475419
Kalau Iis bagaimana?

Uppssss, pertanyaan itu sampai juga pada saya. Saya kemudian menjawab, “Saya gampang menangis Bu. Membaca tulisan, menonton sesuatu, menyaksikan hal-hal tertentu, mengingat sesuatu, bahkan ketika mendengar ceritanya orang pun saya bisa ikut nangis Bu. Nonton film India, saya juga dulu bisa nangis terisak-isak Bu. Apalagi buat saya yang sering berada di jalan dalam waktu yang agak lama, selalu saja ada hal-hal demikian yang membuat saya teringat sesuatu dan kemudian menangis tanpa penjelasan. Saat-saat seperti itu yang saya selalu ingat pada Allah. Mmm, ya begitu itu Bu. Ini saja denger Ibu-Ibu lain bercerita, saya juga ikut nangis kan...”.

Saya menjawab dengan serius, tetapi beberapa ibu-ibu tersenyum mendengar kata-kata saya.

Kemudian... Entahlah siapa yang memulai, di ujung pertemuan, Murobbiah saya kemudian mengisahkan tentang seorang pria kaya yang menemuinya dan menangis tentang istrinya. Istrinya adalah seorang  nenek dengan 4 anak dan 4 cucu.  Ketika sang istri mengikuti reuni sekolah, sang istri bertemu cinta lamanya yang kini telah menjadi duda. Sejak saat itu, sang istri menjadi orang yang berbeda. Sang pria kaya ini bahkan mengaku membeli alat sadap senilai Rp 600 juta untuk merekam kegiatan istrinya. Ketika semua terbukti, pria itu kemudian menangis menemui Murobbiah saya. Pria itu mengaku, berusaha menunjukkan hal biasa-biasa saja di hadapan istrinya seolah tak tahu tentang kisah cinta istrinya itu. Hingga saat ini, sang pria itu mengatakan, istrinya tidak tahu bahwa sang suami mengetahui polah sang istri. Untuk meredam kisah cinta sang istri, sang suami kemudian mengajak istrinya untuk tinggal berpindah-pindah di rumah anak-anak dan mantunya setiap beberapa waktu. Tujuannya agar sang istri menjadi agak sungkan dan tak banyak memikirkan perasaan cintanya jika tinggal bersama anak, mantu dan cucunya.

“Begitu ya Ibu-ibu... Allah tidak memberikan ujian cinta hanya pada anak-anak muda, kepada pasangan suami istri muda, ini bahkan sampai kepada seorang nenek pun masih bisa menerima ujian cinta. Ketika orang sudah menikah, tidak melihat berapa lama mereka menikah, ujian cinta itu ternyata masih bisa diberikan Allah...”, kata Murobbiah saya.

“Mungkin dalam kasus cinta seperti itu, kita harus bisa berusaha menjadi kriteria ke-4 ya Bu, ‘2 orang yang mencintai karena Allah, bertemu karena Allah, dan berpisah karena Allah...” celetuk saya sembari dijawab dengan senyuman dan anggukan dari sang Murobbiah.

13392504392085111069
13392504392085111069
Hmmffffh...

Cinta... Cinta... Cinta...

Kisah nenek 4 anak 4 cucu ini begitu masuk ke hati saya. Pesan Murobbiah, juga sangat melekat di pikiran saya. Saya jadi teringat curahan dari sahabat saya. Sebut saja namanya Mbak Dije. Ia mencintai seorang pria beristri yang sebut saja namanya Mas Kartolo. Mas Kartolo memiliki istri yang ternyata mengalami kisah yang hampir senada dengan cerita nenek 4 anak 4 cucu tadi. Sebut saja istri dari Kartolo itu bernama Mbak Santi.

Mbak Santi ternyata diam-diam mencintai Mas Eko, kakak kelasnya ketika SMU dulu. Mbak Santi kerap menyapa dan menunjukkan perasaannya kepada Mas Eko via inbox Fb. Mas Eko menanggapi biasa-biasa saja dan merespon layaknya seorang teman saja. Tidak lebih. Tidak pernah memberi sinyal membalas perasaannya Mbak Santi. Mbak Santi kemudian meng-add beberapa jejaring FB dari Mas Eko. Entahlah tujuannya apa. Dan sepertinya Mbak Santi tak bisa berbuat banyak selain menyapa lewat inbox karena Mas Eko memang tidak pernah menanggapi perasaan Mbak Santi. Curhatnya sepertinya berpindah-pindah orang. Dan Mbak Santi suka berandai-andai jika ia menikah dengan Mas Eko...

Mbak Santi mengaku Mas Kartolo mengetahui tentang Mas Eko. Dan Mas Kartolo biasa-biasa saja mengetahui tentang hal tersebut. Dan suaminya bisa paham dan tak perlu merasa harus marah.

“Saya bilang Is, jangan terlalu dimasukkan ke hati tentang Santi yang suka kepada Eko. Saya yakin, Mas Kartolo pasti ada cemburunya. Pasti ada sakitnya karena bagaimanapun Mbak Santi itukan istrinya Mas Kartolo. Terus dia bilang, “Saya memang tidak marah istri saya mencintai yang lain. Saya tidak cemburu. Saya hanya punya perasaan, ‘oh istri saya ini ternyata masih mencintai temannya’. Saya ini justru berpikir, sebetulnya yang sakit ini istri saya atau saya sendiri karena ternyata saya juga mencintai yang lain,” cerita Mbak Dije dengan wajah sendu.

1339250556511948652
1339250556511948652
Hmmmfhhh...

Saya mengikuti banyak kisah Mbak Dije dengan Mas Kartolo. Dan saya tahu siapa yang dicintai Mas Kartolo... Ya, Mas Kartolo dan Mbak Dije saling mencintai...

Hmfffhhhh...

“Aku sudah mencoba sejumlah cara untuk melupakan Mas Kartolo. Mulai dari mengurangi SMS, mengurangi pertemuan, mencoba membencinya karena ia sering tak sadar membuat aku sakit dan menangis... Tapi aku tetap tidak bisa tidak mencintainya. Aku tidak bisa tidak mendoakannya. Aku tidak bisa tidak mengingatnya. Cemburu ini sering kali hadir. Terutama kepada Santi yang seringkali lebay di Fb menunjukkan seolah-olah ia sangat mencintai Mas Kartolo, padahal ia mencintai Eko. Mungkin maksudnya hendak membuat Eko cemburu, tetapi justru aku  yang menjadi cemburu.  Santi tidak tahu bahwa aku mencintai Mas Kartolo. Dan ia kerap curhat kepadaku tentang Mas Kartolo dan tentang perhatian-perhatiannya kepada Mas Kartolo. Sakit sekali hatiku mendengarkan cerita-ceritanya,” tutur Mbak Dije dengan mata berkaca.

“Mas Kartolo itu pria bertanggungjawab. Bagaimanapun situasinya Santi dan bagaimanapun ia mencintai Mbak Dije, saya yakin ia tidak akan meninggalkan Santi. Bagi pria yang bertanggungjawab kepada keluarga, ia akan menempatkan keluarga di atas segala-galanya, termasuk di atas perasaan cintanya sekalipun. Bagimanapun Mbak Dije mencintai Mas Kartolo, Santilah pemenangnya karena ia memiliki Mas Kartolo secara penuh. Dan saya yakin Mbak Dije tidak mungkin mau menikah dengan Mas Kartolo dengan posisi sebagai istri kedua,betapapun Mbak Dije mencintai Mas Kartolo,” sahut saya.

13392505872122093117
13392505872122093117
Saya kemudian mengisahkan tentang Nasr bin Hajjaj di masa Umar bin Khattab dalam buku Serial Cintanya Anis Matta. Nasr mengalami derita yang panjang karena mencintai istri dari pemilik rumah yang ia tempati. Meski mereka tidak melakukan dosa, tetapi mereka mengalami penderitaan dari sebuah cinta yang tumbuh di lahan yang salah. Tragis. Tapi Nasr tak kuasa menahan cintanya. Dan ia membayarnya dengan penderitaan hingga akhir hayat. Cinta menemukan kekuatan ketika terjadi sentuhan fisik. Ketika sentuhan fisik jadi mustahil, cinta hanya kan menjadi penyakit dan penderitaan. Karena itu, apapun situasinya, begitu peluang menuju pelaminan tertutup, semua cinta demikian harus diakhiri.

Saya kemudian mengutipkan kembali tulisan Anis Matta bahwa Cinta Adalah Keputusan. Ya, berhati-hati ketika kita mengatakan “Aku mencintaimu” kepada siapapun. Karena pernyataan itu mengandung konsekuensi. Pernyataan itu adalah keputusan besar. Ada taruhan kepribadian di sana. “Aku mencintaimu” adalah ungkapan lain dari “Aku ingin memberimu sesuatu.” Yang terakhir ini juga adalah ungkapan lain dari “Aku akan memperhatikan dirimu dan semua situasimu untuk mengetahui apa yang kamu butuhkan untuk tumbuh menjadi lebih baik dan bahagia... Aku akan bekerja keras untuk memfasilitasi dirimu agar bisa tumbuh semaksimal mungkin... Aku akan merawat dengan segenap kasih sayangku, proses pertumbuhan dirimu melalui kebajikan harian yang kulakukan padamu... Aku juga akan melindungi dirimu dari segala sesuatu yang dapat merusak dirimu dan proses pertumbuhan itu...”.

“Aku sudah berjanji kepada Mas Kartolo akan mengembalikan dirinya kepada Mbak Santi. Aku sudah berjanji akan mencoba untuk menganggapnya hanya sebagai sahabat... atau sebagai kakak. Aku mulai belajar untuk terbiasa memanggilnya ‘Kakak’, “Bro’, atau apapun untuk membuat aku terbiasa bahwa aku harus menganggapnya sebagai sahabat atau hanya sebagai kakak. Sulit, aku juga tidak yakin cara ini ampuh untuk dapat melupakannya. Tapi aku akan terus mencoba. Andaikan saja aku dapat membencinya, mungkin akan lebih mudah untukku melupakannya. Tapi benci ini seringkali hanya muncul sesaat dan kemudian aku selalu bisa memaafkannya...” keluh Mbak Dije dengan pandangan menerawang.

13392506132141818748
13392506132141818748
Hmfffhhh

“Saya tahu, Mbak Dije selalu mencoba untuk melupakan Mas Kartolo. Saya juga tahu Mbak Dije berjuang untuk tidak ingin peduli dengan Mas Kartolo. Tapi semuanya tidak pernah berhasil. Tapi apa Mbak Dije pernah berdoa kepada Allah untuk meminta agar Mbak Dije bisa melupakan Mas Kartolo? Atau Mbak Dije tidak ingin mencoba berhenti untuk mendoakan Mas Kartolo? Mungkin doa-doa Mbak Dije itu yang memelihara cinta kepada Mas Kartolo,” cetus saya.

“Aku tidak berani meminta Allah untuk mengambil perasaan cinta ini. Aku tidak bisa meminta itu. Aku hanya minta, jika Mas Kartolo sudah tidak mencintai aku, aku mohon agar aku dapat pula untuk menghilangkan perasaan cinta ini. Aku tidak bisa tidak khawatir tentangnya. Dan hanya doa yang bisa membuatku yakin dapat mengurangi kekhawatiranku ini...” jawab Mbak Dije.

Hmffffhh...

Saya tidak tahu harus menyampaikan apa. Mbak Dije, Mas Kartolo, Santi, atau Eko dapat hadir diantara kita, bahkan juga dapat muncul dalam bentuk diri kita... Ujian cinta dapat terjadi pada siapa pun. Bahkan juga mungkin pada saya...

133925064296672170
133925064296672170
Saya sangat menyadari kebenaran tulisan Anis Matta bahwa cinta yang salah lahan akan membawa derita panjang. Saya tahu, Mbak Dije menderita. Sangat menderita. Seringkali saya mendapatinya diam-diam menangis. Saya yakin, perasaan rindu dan cemburu sangat menyakitinya. Mungkin demikian pula dengan Mas Kartolo. Santi mungkin memang ‘sakit’ dengan kelabilan yang sering Mas Kartolo ceritakan kepada Mbak Dije, tetapi saya yakin Mas Kartolo dan Mbak Dije pun sebenarnya sedang ‘sakit’.

Hmmfffhhh...

Sungguh, saya berharap Mbak Santi membaca tulisan ini. Saya ingin dia memiliki kepekaan bahwa Mas Kartolo yang dihadapannya tampak biasa-biasa saja ketika diceritai tentang Eko, sesungguhnya bukan tidak ada apa-apa sebagaimana yang selalu ia sampaikan kepada orang lain. Seperti halnya suami dari nenek 4 anak 4 cucu yang merasa terluka dengan istrinya yang mencintai teman lamanya, pastilah Mas Kartolo sedikit banyak juga terluka meski kadarnya mungkin tak sama dengan suami dari nenek tadi. Kalaupun Mas Kartolo tampak biasa-biasa saja, seharusnya Mbak Santi merasa heran. Tidakkah terbersit di hatinya bahwa suaminya juga mencintai orang lain?

Saya berharap Mbak Dije juga membaca tulisan ini meski mungkin dia akan tak percaya lagi pada saya. Saya hanya ingin mengatakan bahwa Mas Kartolo sesungguhnya tidak benar-benar mencintainya. Karena ketika Mas Kartolo mengatakan cinta kepada Mbak Dije, maka ia harus bertanggungjawab dengan pernyataannya itu. Bukankah Mbak Dije sudah mengatakan bahwa ia beberapa kali merasa sakit dan menangis karena Mas Kartolo?

Seperti kata Anis Matta, menyatakan cinta adalah deklarasi jiwa. Bukan saja tentang rasa suka dan ketertarikan, tapi terutama tentang kesiapan dan kemampuan memberi, kesiapan dan kemampuan berkorban, kesiapan dan kemampuan melakukan pekerjaan-pekerjaan cinta: memperhatikan, menumbuhkan, merawat dan melindungi. Jika Mas Kartolo tak mampu melakukan semua itu untuk Mbak Dije, seharusnya Mbak Dije berjuang lebih kuat lagi untuk mengabaikan cinta Mas Kartolo. Kalaupun Mbak Dije begitu kuatnya mencintai Mas Kartolo, Mbak Dije haruslah berbesar hati untuk melepaskan Mas Kartolo untuk kembali kepada Mbak Santi. Karena cinta sejatinya adalah pengorbanan untuk orang yang dikasihinya. Karena itu, Mbak Dije harus menyelamatkan Mas Kartolo dari ‘sakit’ karena Mbak Dije dan juga ‘sakit’ karena Mbak Santi yang mencintai Eko. Saya yakin, Mas Kartolo tetap akan memilih Mbak Santi dan anak-anaknya daripada Mbak Dije. Terlebih lagi, Mbak Dije pun harus menyelamatkan dirinya sendiri dari penderitaan yang panjang. Sebab, Mbak Dije pun sudah memiliki anak dan suami.

Yang tercinta, yang terindah, yang tersayang, bisa jadi bukan yang terbaik untuk kita. Saya yakin, Allah memasangkan Mas Kartolo dan Mbak Santi untuk saling melengkapi kekurangan dan kelebihan. Saya juga merasa, Mas Kartolo sesungguhnya peduli dan sangat memperhatikan Mbak Santi. Mungkin kehadiran Mbak Dije adalah ujian cinta untuknya dan hanya perasaan cinta yang sesaat. Dan pernikahan yang Mbak Dije miliki, sesungguhnya mungkin adalah yang terbaik di mata Allah. Banyak pernikahan yang dapat langgeng tanpa harus ada cinta. Banyak pernikahan yang diawali cinta tapi kemudian kandas di depan. Bersyukurlah mereka yang saling mencintai dan dapat saling memiliki. Kalaupun cinta itu belum muncul, belajarlah mencintai dengan ikhlas....

Ya Allah, betapa berliku dan rumitnya hati manusia. Betapa cinta bisa menjadi anugrah dan musibah dalam waktu yang sama. Ya Allah, Engkaulah Pemilik Cinta yang Hakiki. Engkaulah Pemilik Seluruh Rasa Ini. Karena itu, berikanlah dan lepaskanlah di saat yang tepat ketika kami membutuhkan atau tak mampu menanggungnya. Jangan biarkan kami dalam ujian cinta dengan penderitaan yang panjang. Jangan biarkan kami melakukan sesuatu yang melampaui hak-hakMu. Jangan biarkan kami menerima ujian cinta yang dapat membuat kami melanggar perintahMu. Izinkan kami memiliki cinta yang Engkau ridhoi yang menjadi sumber kekuatan dan kebahagiaan dunia akherat untuk kami...

Aamiin.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun