Aku berharap.Â
Seperti kuncupmu berharap pada senyap, lalu waktu dan angin yang lelah berbaring datang menyeruak menyiangi kelopak dari kelepak riak. Debur cahaya pun turut mencukupkan lambung dari paceklik masa. Tapi semua memang telah terjawab, bahwa kau akan bertahan dari semuanya itu. Pasang dari hujan kan berupaya membenamkan, dan mentari kan sejenak pergi. Serabut cintamu pastilah telah kuat mencengkeram dada bumi, untuk menopang duka bila badai tiba.Â
Kau pandai menyembunyikan kebobrokan lara, dan menyatukan semrawutnya kelabang dalam lingkaran-lingkaran riangan yang terapung bersandingan. Karenanya awan kan menyanjung hati bila kau menyapanya jua. Kesabaranmu yang mendalam, nyata pula berakhir bahagia di lengan pelukis yang menghargai nyalamu: bahwa kau juga mengilhami carikan indah pada kanvasnya. Bijih-bijih kerinduan yang tersemaikan. Sesuap nasi yang sederhana. Pada suatu sela di rentang selamanya.Â
/2010-2011Â
Judul ini pernah ngikut lomba nulis puisi di situseni.com; lalu disunting sedikit beberapa kalimatnya.