Mohon tunggu...
Kanya Prasetyo
Kanya Prasetyo Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Pelajaran dari Reunifikasi Jerman untuk Dua Korea

14 November 2018   10:26 Diperbarui: 14 November 2018   13:34 922
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: AP - theguardian.com

Presiden Moon juga memberi sinyal akan membuka kembali Kompleks Industri Kaesong di perbatasan kedua negara yang dibuka pada 2002 namun ditutup pada era Park Geun Hye. Jika Kompleks Industri Kaesong kembali dibuka, ini akan menjadi sinyal terbukanya kembali hubungan ekonomi kedua negara mengingat kompleks ini mempekerjakan pegawai dari Korut dan Korsel. Meskipun jalan reunifikasi secara politik mungkin akan memakan waktu lama, perbaikan hubungan ekonomi dapat menandakan keinginan politik kedua negara untuk bersatu.

Meskipun demikian, perlu diingat bahwa reunifikasi Korea tidak hanya melibatkan kedua negara tetapi juga negara-negara lain, termasuk negara di kawasan. Dari reunifikasi Jerman kita melihat ada 2+4 negara yang terlibat, yakni Jerman Timur dan Jerman Barat, ditambah 4 negara (AS, Uni Soviet, Inggris, Prancis). Sekalipun pada saat itu Inggris dan Prancis menolak reunifikasi, namun negara adidaya AS di bawah Bush dan Uni Soviet di bawah Gorbachev mendukung reunifikasi sehingga Inggris dan Prancis yang merupakan sekutu AS pada akhirnya menyetujuinya.

Untuk reunifikasi Korea seperti yang tertera dalam Deklarasi Panmunjom, Korut dan Korsel bersepakat mengadakan pertemuan trilateral dengan AS atau 4 pihak dengan AS dan China. Tak hanya itu, AS juga akan meminta dukungan sekutunya di Asia Timur yaitu Jepang untuk mendorong proses reunifikasi. Sementara China akan berharap pada Rusia. Tarik ulur kepentingan antara kekuatan-kekuatan besar di Semenanjung Korea sangat mungkin terjadi dan justru menambah lama proses reunifikasi.    

Foto: Getty Images - theguardian.com
Foto: Getty Images - theguardian.com
Aspek Ekonomi

Seiring dengan strategi politiknya, Jerman Barat pun sebisa mungkin berhubungan baik dengan Jerman Timur dalam aspek ekonomi. Para pekerja dari Jerman Barat bisa bekerja di Timur dan negaranya bisa mengirim bantuan dengan relatif mudah ke Timur. Ketika Jerman Timur mengalami krisis, Kanselir Jerman Barat pada saat itu, Helmut Kohl memberikan pinjaman sebesar 1,95 M Deutschemark pada 1983-1984 dengan imbalan Jerman Timur memberikan kemudahan melewati perbatasan dan memperbaiki kondisi HAM. Berkat kebijakan itu, warga Jerman Timur dapat lebih mudah mengunjungi Jerman Barat dan memberikan harapan akan kehidupan yang lebih baik di Barat.

Sekalipun demikian, kondisi ekonomi di Jerman Timur kala itu tidak berbeda terlalu jauh dengan Jerman Barat dan negara mereka pun tidak menghadapi sanksi embargo ekonomi maupun krisis kelaparan. Hal ini berbeda dengan yang dialami di Korut. Akibat proyek nuklir, Korut menghadapi embargo ekonomi yang melumpuhkan perekonomian mereka. Praktis, mereka menghidupi diri mereka sendiri sesuai doktrin juche (kemandirian) atau meminta bantuan ke China dan Korsel saat terdesak. Hal ini menyebabkan krisis kelaparan di mana-mana karena rakyat tidak mampu untuk menghidupi diri mereka sendiri sementara hasil panen dan lahan dikuasai negara. Ditambah lagi perekonomian Korut selama ini berbasis pada pertanian, bukan industri. 

Sedangkan Korsel memiliki raksasa industri di berbagai bidang, khususnya teknologi dan perkapalan. Dilihat dari segi nilai perekonomiannya, rakyat Korsel punya pendapatan per kapita 37 kali lebih besar dibanding Korut. Ketimpangan ekonomi yang begitu tinggi pastinya akan memberatkan Korsel jika kedua negara reunifikasi dan Korsel harus menanggung beban untuk menyetarakan perekonomian. Oleh karena itu, dari segi ekonomi perbedaan-perbedaan di atas harus dieliminasi melalui berbagai pendekatan dan kerjasama agar Korut tak semakin tertinggal dari tetangganya.

Aspek Sosial

Di Jerman Barat dan Jerman Timur yang membuat penduduknya dapat bersatu adalah kedekatan emosional antara keluarga di kedua negara yang terpisah selama 41 tahun. Meskipun terpisah, kedua negara masih bisa berhubungan melalui surat, tayangan TV, siaran radio, dan kunjungan langsung. Melalui tayangan TV dan siaran radio pula rakyat Jerman Timur mengetahui situasi dan kondisi di Barat sehingga mereka pun tergerak untuk bersatu dengan Barat yang lebih maju. 

Meskipun kita telah memasuki abad 21, namun situasi di atas sangat sulit terjadi Korea Utara. Rakyat memiliki akses internet terbatas, kepemilikan TV, radio, bahkan HP juga terbatas. Warga Korea Utara juga tidak diperbolehkan berkirim surat, email atau melakukan panggilan telepon dengan orang-orang di Korea Selatan. Bahkan menonton TV atau mendengarkan siaran radio dari Korsel juga dilarang. 

Kunjungan langsung dari Korut ke Korsel ataupun sebaliknya juga hampir mustahil. Tidak seperti Jerman Barat dan Timur yang hanya dipisahkan Tembok Berlin dan pos perbatasan, Korut dan Korsel dipisahkan oleh Paralel 38. Di kedua sisi perbatasan ada penjaga yang mengawasi 24 jam dan dipisahkan oleh hutan dan tanah penuh ranjau darat. Melewati perbatasan Korut-Korsel adalah tantangan hidup dan mati. Kunjungan yang diizinkan pun bersifat terbatas dan tak semua orang bisa melakukannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun