Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Mbah Kromo

1 Maret 2020   14:16 Diperbarui: 19 Juli 2020   08:08 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: genpi.co

Mbah Kromo lalu menceritakan pengalamannya ketika menjual satu set meja kursi jadul. Tak mahal. Tetapi pembeli menipunya.

"Le tuku nganggo duit palsu. Duit dolanan. (Belinya menggunakan uang palsu. Uang mainan)" Katanya terpingkal-pingkal.

"Uang mainan? Kok bisa, mbah?" tanya pelanggannya yang lama tak berkunjung.

"Ya ana piyayi sing mruput mundhut barang. Mripatku yo ora permono karo duit. Waton nampa tumpukan duit. Lah pas setengah jam bar dheweke lunga karo ngasta barang, aku lagi sadar yen kapusan. (Ada pembeli yang dtang pagi-pagi. Mataku belum melek. Asal saja menerima tumpukan duit. Setengah jam kemudian, pas dia sudah pergi dengan barang, aku baru sadar kalau tertipu)"

"Pirsane pripun, mbah? (Tahu dan sadarnya gimana, mbah?)"

"Ya ana pelanggan sing moro. Rep mundhut dagangan. Butuh susuk, njur njupuk tumpukan duit iku mau. Pelanggane ngelingke yen duite duit dolanan.( Ada pelanggan lagi yang datang. Membeli dagangan. Lalu butuh uang kembalian. Kuambilkan dari tumpukan uang tadi. Pelangganku mengingatkan kalau uangnya uang mainan..."

"Aku ora percaya. Nanging pelangganku iku nuduhke tulisan Uang Mainan. Ya wis. Muring-muring. Dudu aku sing muring-muring. Nanging pelangganku. Hahaha. (Aku tidak langsung percaya. Lalu pelangganku menunjukkan tulisan Uang Mainan. Ya sudah. Marahlah. Bukan aku, tetapi pelangganku yang marah. Hahaha)

Para pelanggan yang masih berada di kios mbah Kromo hanya geleng-geleng kepala.

"Ta ikhlaske wae barangku sing digondhol maling. Aku mikir, Gusti Allah ora sare. Mesti paring piwales.(Aku ikhlaskan saja barang yang dibawa maling. Aku cuma berpikir, Gusti Allah tidak tidur. Pasti memberi balasan..."

Para pelanggan masih menunggu kelanjutan cerita mbah Kromo.

"Bener. Ora let suwe, piyayi sing ngapusi iku dadi bangkrut usahane. Anak bojone purik. Bubar le omah-omah. (Dan benar. Tak lama, orang yang menipuku jadi bangkrut. Anak istrinya pulang ke orangtuanya. Rumah tangganya bubar jalan)"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun