Mohon tunggu...
Iskandar Zulkarnain
Iskandar Zulkarnain Mohon Tunggu... Administrasi - Laki-laki, ayah seorang anak, S1 Tekhnik Sipil.

Penulis Buku ‘Jabal Rahmah Rendesvous Cinta nan Abadi’, 'Catatan kecil PNPM-MPd', 'Menapak Tilas Jejak Langkah Bung Karno di Ende', 'Sekedar Pengingat', 'Mandeh Aku Pulang' (Kumpulan Cerpen) dan 'Balada Cinta di Selat Adonara' (Kumpulan Cerpen). Ayah. Suami. Petualang. Coba berbagi pada sesama, pemilik blog http://www.iskandarzulkarnain.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Napak Tilas Stasiun Menes, Pandeglang Banten

2 Agustus 2013   20:19 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:42 2846
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perkenalan pertama saya dengan Menes terjadi awal tahun 2009, ketika itu, dalam acara perbekalan, kami ditempatkan di Pantai Carita, seorang temen, sesama peserta dengan bangga menceritakan asalnya yang dari Menes, dengan bangga juga teman tadi bercerita, bahwa Menes terkenal sebagai kota Pelajar untuk Daerah Banten. Tempat lain di Banten, boleh bangga dengan institusi pendidikan yang mereka miliki, tetapi, cikal bakal semua itu ada di Menes, demikian teman tadi.

[caption id="attachment_279025" align="aligncenter" width="530" caption="stasiun Menes, perhatikan pada halaman Stasiun, sebelah kiri gambar, adalah kandan Kambing (dok. Pribadi)"][/caption] Baru-baru ini, untuk suatu tugas, saya ditempatkan di daerah saketi, daerah yang berjarak sekitar 8 km dari Menes, seminggu di Saketi, ingatan saya kembali pada cerita tentang Menes sebagai kota Pelajar. Benarkah kota kecil ini, memiliki cerita panjang dengan pendidikan? Untuk menguji kebenaran tentang informasi yang saya terima empat tahun itulah, saya rajin mengunjungi Menes, dengan satu tujuan, mencari kebenaran informasi yang saya terima dulu, disamping, mudah-mudahan menemukan sisi lain dari yang saya cari sebagai tambahan yang memperkaya Menes.

Sisi lain yang saya temui di Menes adalah stasiun Menes. Stasiun Menes adalah stasiun antara yang menghubungkan antara kota Rangkas Bitung di kabupaten Lebak dan Stasiun Labuan di Kabupaten Pandeglang. Pada masa keemasannya, stasiun Menes sebagai stasiun sibuk, menghantarkan mereka yang menimba ilmu dari berbagai kota di daerah Banten dan sekitarnya, termasuk lampung dan Jakarta. Dari Jakarta, mereka datang menuju stasiun Rangkas Bitung, lalu melanjutkan perjalan ke Labuhan dan turun di stasiun Menes. Sedangkan bagi mereka yang berasal dari daerah selatan Banten, juga menggunakan Kereta Menuju Saketi, di Saketi perjalanan di lanjutkan dengan mengganti Kereta Api yang menuju Labuhan dan turun di Stasiun Menes.

[caption id="attachment_279026" align="aligncenter" width="597" caption="Rumah Pengatur sinyal, yang kondisinya memprihatinkan, dikelilingi rumah penduduk (dok. Pribadi)"]

1375449336293467310
1375449336293467310
[/caption] Sayang, stasiun yang dulu telah banyak mewarnai perjalanan Menes itu, kini sudah tidak aktif lagi. Kondisinya sangat memprihatinkan, halaman stasiun itu, kini ditempati kandang kambing, stasiunnya sendiri, sudah dijadikan rumah, jemuran pakaian menghiasi dinding stasiun, ruang tunggu stasiun kini, dipenuhi barang-barang dari dua keluarga yang menempati stasiun dan difungsikan sebagai gudang. Tak terlihat, bekas-bekas yang menandai bahwa stasiun ini, memiliki cerita dan andil dalam melahirkan ulama-ulama besar Banten yang dulu menimba ilmu di Menes.

Yang menandai bahwa di sini dulu ada stasiun adalah Tulisan Menes pada dinding stasiun, masih tersisanya jalur Rell di depan stasiun, adanya rumah pengatur sinyal di sisi Barat stasiun dan plang nama bahwa tanah yang berada disisi barat stasiun itu, milik PJKA.

[caption id="attachment_279027" align="aligncenter" width="597" caption="Emplasement itu kini digunakan untuk jemuran pakaian (dok. Pribadi)"]

1375449446314413191
1375449446314413191
[/caption] Belajar dari kepadatan jalur lalu lintas jalan raya serta nostalgia akan kebesaran Stasiun Menes, maka sudah saatnya, stasiun Menes yang mati ini, dihidupkan kembali. Sehingga jalur Bayah-Saketi-Rangkas Bitung dan Jalur Labuhan-Saketi-Rangkas Bitungkembali hidup dan terintegritas kembali.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun