Mohon tunggu...
Hany Ferdinando
Hany Ferdinando Mohon Tunggu... Ilmuwan - Penikmat buku dan musik yang suka tentang teknologi, psikologi, pendidikan, flora dan fauna, kebudayaan, dan hubungan antar manusia.

Belajar menulis dengan membaca, belajar kritis dengan menulis

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama FEATURED

Aquaplaning dan Faktor-faktor Lain yang Harus Anda Indahkan saat Berkendara

10 Januari 2020   00:05 Diperbarui: 8 November 2021   06:14 952
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi berkendara saat hujan.|Sumber: Larmoyeux & Bone via Kompas.com

Baru-baru ini viral video sebuah mobil yang selip ketika jalan tol tergenang air yang lumayan tinggi. Sebenarnya itu video lama, tetapi menjadi kontekstual karena banjir yang melanda jakarta juga merendam jalan tol.

Tidak lama setelah itu muncullah penjelasan ilmiah yang dikenal dengan sebutan aquaplaning atau hydroplaning. Saya merasa tidak perlu menjelaskan hal ini karena pembaca bisa menemukan informasinya dengan mudah. Pertanyaannya adalah mengapa hal penting seperti ini baru muncul setelah ada kecelakaan?

needpix.com
needpix.com
Pengetahuan berkendara di jalan
Beberapa hari yang lalu saya sempat menulis tentang kunci berkendara di Finlandia yang mengutamakan masalah kesabaran dan mewaspadai blind spot. Pada bagian awal saya menyoroti mekanisme mendapatkan SIM yang terkesan kurang serius. Maksud saya, pencari SIM hanya perlu lulus ujian teori dan praktik untuk mendapatkannya. 

Kalau zaman old ketika ada calo, maka hampir dipastikan semua pencari SIM sukses mendapatkan SIM yang diinginkannya. Zaman now sudah terjadi perubahan dan kita mesti angkat topi untuk jajaran kepolisian yang telah mewujudkannya.

Dalam tulisan tersebut saya membandingkan cara Finlandia mengelola urusan SIM. Dimulai dengan mengikuti sekolah mengemudi, di mana siswanya belajar teori dan praktik, hingga ujiannya. 

Di Indonesia, pencari SIM tidak perlu membaca aturan berlalu lintas. Semua diarahkan untuk mengikuti rambu yang harus dipelajari sendiri. Kursus mengemudi tidak bertanggung jawab memberikan teori berlalu lintas.


Akibatnya, pengendara hanya menggunakan norma dan rambu (jika masih bisa taat). Kemungkinan lain adalah pengendara tidak peduli dengan norma dan rambu sehingga terjadi kecelakaan atau paling tidak mengganggu pemakai jalan yang lain.

Ketika saya mencari dan akhirnya mendapatkan SIM A di 2001, tidak pernah terdengar istilah aquaplaning seperti yang marak akhir-akhir ini. Istilah ini justru saya ketahui ketika membaca buku teori berlalu lintas. Penjelasannya kurang lebih sama dengan yang beredar di berbagi medsos kita saat ini.

Kejadian tersebut membuat saya bertanya-tanya, adakah hal penting lain yang terlewatkan dalam urusan berkendara? Saya bisa memastikan bahwa semuanya bermuara pada keselamatan bersama.

Aquaplaning
Sepertinya selama ini kita hanya menggunakan logika bahwa jalanan yang basah pasti licin sehingga kita harus mengurangi kecepatan, apalagi basa karena oli yang tumpah. Saya pribadi belum pernah mendapatkan penjelasan tentang aquaplaning ketika masih berada di Indonesia.

Ketika hujan, air yang berada di bawah ban pasti masuk ke celah-celah guratan ban. Karena celah tersebut sempit, maka perlu waktu agak lama bagi air untuk mengalir kembali ke jalan. Saat mobil dikemudikan dengan kecepatan tinggi, maka air tidak sempat mengalir dan terjadilah akumulasi air di situ.

Jadi, cara efektif menghindari aquaplaning adalah berkendara dengan kecepatan rendah.

Masalah timbul ketika berada di jalan tol karena ada batas kecepatan minimum. Dengan aturan ini, berarti Jasa Marga sebagai pengelola jalan tol harus memastikan tidak ada genangan air di jalan tol. 

Ketika pengelola sudah mencoba bertanggung jawab dengan memelihara saluran air di wilayahnya dan tidak diikuti oleh wilayah lain, maka air kiriman gagal dialirkan dan genangan tidak dapat dihindari lagi.

Hmmm... koq jadi merembet ke mana-mana ya!

Memeriksa kondisi ban
Memeriksa kondisi ban menjadi bagian dari keselamatan berkendara. Ini salah satu materi yang tidak akan terlewatkan di sekolah mengemudi di Finlandia. Pemerintah melalui Traffi mengatur batas kedalaman minimum ban yang masih boleh digunakan. Ketika batas ini dilanggar, maka pihak asuransi akan menolak klaim yang diajukan.

dreamstime.com
dreamstime.com
Di sekolah mengemudi diajarkan juga cara memeriksa apakah ganti ban harus dilakukan. Caranya sangat praktis karena menggunakan koin 2 euro yang semua orang pasti punya. Jika bagian tepi yang berwarna perak tidak terlihat ketika koin itu diselipkan, maka ban masih bisa digunakan.

Memeriksa tekanan angin
Saya tidak pernah diberitahu dan diajarkan tentang pentingnya memeriksa tekanan angin dalam ban. Bahwa tekanan angin mempengaruhi kenyamanan berkendara saya pelajari sendiri berdasarkan analogi ban sepeda. 

Satu hal yang terlewatkan adalah tekanan angin juga mempengaruhi konsumsi BBM. Dalam buku teori di Finlandia hal ini diajarkan secara khusus sehingga orang yang baru belajar setidaknya punya wawasan.

pixabay.com
pixabay.com
Selain itu, siswa juga diberi tahu bahwa tekanan angin bisa diperiksa di SPBU tanpa biaya. Rata-rata setiap SPBU menyediakan fasilitas pengisian angin dan pemeriksaan tekanan. Hanya, konsumen harus melakukannya sendiri, seperti halnya membeli BBM.

Menggunakan sabuk pengaman
Sabuk pengaman adalah perangkat keselamatan dan itu wajib dikenakan saat berkendara. Di Finlandia dan negara-negara maju lainnya, sabuk pengaman bukan hanya terpasang di kursi bagian depan. Semua kursi dilengkapi dengan sabuk pengaman dan wajib dikenakan. 

Jika ketahuan, maka pengemudi yang kena denda. Berarti, tidak mungkin menerapkan kondisi seperti di Indonesia yang mengizinkan anak kecil duduk dipangku oleh orang dewasa.

pixabay.com
pixabay.com
Oleh karena Finlandia bisa mengalami musim dingin yang panjang (separuh negara bisa mengalami musim dingin lebih dari 4 bulan), maka mengemudi di saat musim dingin sangat diperhatikan. Bahan sabuk pengaman yang dari semacam kain tebal bisa tidak efektif ketika kelembaban dalam mobil relatif tinggi. Hal ini haruslah menjadi perhatian para pengemudi.

Merencanakan perjalanan
Mengemudikan kendaraan pun perlu memikirkan efisiensi waktu dan BBM. Jika Anda mampu mengemudikan kendaraan di Indonesia dengan segera keruwetannya, maka Anda pasti bisa mengemudi di Finlandia. Jalanan tidak terlalu padat, sehingga godaan untuk "ngebut" semakin besar. 

Kalau di Finlandia dengan kondisi jalanan yang relatif lengang orang disarankan untuk merencanakan rute perjalanan, tentu di Indonesia harus lebih lagi. Kemacetan menjadi salah satu sumber pemborosan BBM dan waktu. Namun terkadang saya berpikir, kalau lewat mana saja tetap macet apa gunanya merencanakan rute perjalanan?

pixabay.com
pixabay.com
Hal terus diingatkan dalam kelas-kelas di sekolah mengemudi dan bahan bacaan yang diberikan. Berarti, ini menjadi sesuatu yang penting. Setiap orang perlu melakukannya.

Penutup
Demikian sekilas hal yang bisa terlewatkan seperti halnya aquaplaning yang sedang heboh di Indonesia. Sebenarnya, semua hal yang disarankan juga untuk kebaikan dan keselamatan kita bersama. Bukankah kita menggunakan jalanan bersama orang lain? Mari kita tingkatkan kepedulian terhadap pengguna jalan lainnya.

Salam Kompasiana!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun