Mohon tunggu...
Hariadhi
Hariadhi Mohon Tunggu... Desainer - Desainer

Ghostwriter, sudah membuat 5 buku berbagai Dirut BUMN dan Agency Multinasional, dua di antaranya best seller. Gaya penulisan berdialog, tak sekedar bernarasi. Traveler yang sudah mengunjungi 23 dari 34 provinsi se Indonesia. Business inquiry? WA 081808514599

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Pulang ke Kotamu... (2)

21 September 2019   06:21 Diperbarui: 21 September 2019   06:25 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Ikan-ikan itu memang dipelihara sejak pertama pemandian ini berdiri. Ada satu atau dua yang mati, tapi kemudian anak-anaknya menggantikan, jadi tidak pernah kita tabur benih lele di sana," kata Pak Onggo Budaya menjelaskan keberadaan lele putih di pemandian.

"Nanti tiap kali kita menguras kolam, mereka akan buru-buru bersembunyi di lubang, tanpa disuruh. Nanti kalau air masuk, mereka keluar lagi," Kemudian ia menjelakan bahwa prosedur pengurasan dilakukan setahun sekali untuk menjaga kebersihan kolam pemandian.

Puas bercakap-cakap dengan Pak Onggo Budaya di Makam Raja Mataram Kota Gede, saya pindah ke bagian utara, sekitaran Jalan Rejowinangun. Ada Airy Syariah di sana dengan harga sangat murah, sekitar Rp 110 ribu saja. Namun karena check in baru bisa dilakukan pukul 14:00, maka mau tidak mau saya jalan dulu sebentar mencari makan siang.

Selesai mengambil uang di belakang Kantor PLN Jogja, maka saya pun berbelok ke kiri, di sekitar lampu merah ada Warung Sate Kuda Bu Ririn yang letaknya agak nyempil ke dalam. Warungnya sederhana sekali, hanya dari papan. 

Saya longok ke dalam, hanya ada seorang ibu muda yang sedang mengasuh anaknya sambil memotong-motong daging mentah berwarna merah menyala, selayaknya daging kuda.

Saya sudah sering mencicipi sate kuda, jadi tidak terlalu berminat memesannya. Yang menarik perhatian saya adalah menu rica-ricanya. Nah kalau yang ini barulah menarik. "Mau pedesnya sedang atau pedes banget?" Tanya Mbak Ririn. Saya minta ekstra pedas. Karena apalah artinya rica-rica kalau tak pedas, ya kan?

Sambil duduk, saya perhatikan ada soda yang belum pernah saya lihat. Di labelnya tertulis SW. Saya lihat kandungannya temulawak, gula, dan soda. Saya pikir ini temulawak yang biasa saya minum di Jakarta. Tapi saat menyeruputnya, uwek... rasanya lebih mirip obat batuk. Saya kecewa sekali memesan ini. Sudah terlanjur ya mesti gimana lagi.,

sumber: dokpri
sumber: dokpri

Tak lama rica-rica daging kudanya datang. Setelah memotret dan membagikannya di timeline, saya mencicipi sedikit. Pedas membara! Namun berbeda dengan daging sapi, daging kuda memang tampaknya lebih mudah menarik rasa dari bumbu-bumbu yang ada, termasuk rasa pedas dari cabe.

sumber: dokpri
sumber: dokpri

Dibanding daging sapi, daging kuda jauh lebih berserat. Namun tidak seperti mitos, daging kudas yang dimasak dengan benar tidak keras atau alot. Buktinya di tangan Mbak Ririn, dagingnya jadi cukup halus tanpa kehilangan rasa karena terlalu lama direbus. Sedikit potongan hati kuda membuat rasanya semakin tajam.        

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun