Mohon tunggu...
Otomotif Pilihan

Pelajaran dari Kebijakan Ganjil-Genap

10 November 2018   10:36 Diperbarui: 10 November 2018   12:07 490
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Transportasi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Wirestock

Salah satu kebiasaan buruk kita adalah, abai dalam memberikan apresiasi terhadap sesuatu yang baik. Dan sebaliknya, terlalu berlebihan dalam menyalahkan suatu kejelekan atau kesalahan. Salah satu contoh yang aktual adalah kebijakan ganjil genap yang begitu sukses menekan tingkat kemacetan Jakarta.

Bagi saya yang tinggal di pinggiran Jakarta, dan hampir tiap hari harus pergi ke tengah kota, atau menuju Bandara Soeta, kebijakan ganjil genap luar biasa nikmatnya. Jakarta tiba-tiba menjadi kota yang nyaman. 

Sampai-sampai saya langsung membatalkan niat unuk pindah ke luar Jakarta. Kemacetan yang selama puluhan tahun menjadi hantu dan derita, secara tiba-tiba lenyap. Waku tempuh perjalanan dari rumah ke tengah kota dan bandara dan sebaliknya hanya tinggal 30-40 prosen dari sebelumnya. 

Bukan hanya pengurangan waktu tempuh yang penting, tapi juga adanya kepastian waktu tempuh, sehingga saya dapat mengatur jadwal hidup dengan lebih nyaman dan santai. Terbebas dari rasa kekuatiran terjebak macet yang menyebabkan waktu perjalanan tidak bisa diprediksi.

Sayangnya, sekali lagi sayangnya, apresiasi dari publik begitu minim. Sedikit sekali, bahkan mungkin hampir tidak ada, pengamat dan ahli yang mengangkat keberhasilan ini dengan sungguh-sungguh, supaya tetap dipertahankan dan bahkan seharusnya dikembangkan lebih luas. 

Yang memperparah keadaan, pemerintah sendiri tidak mampu mendayagunakan keberhasilan ini secara baik untuk meningkatkan kepercayaan dan antusiasme publik. Ini adalah kelemahan pemerintah dan birokrasi kita dari masa ke masa, yaitu buruknya komunikasi publik.

Namun di luar itu, ada pelajaran berharga yang harus kita petik. Bahwa penyelesaian masalah, ternyata tidak selalu harus tergantung uang. Kreativitas dan inovasi, dalam kasus kemacetan Jakarta ini, zero investment, murni hanya kebijakan, dengan selembar kertas mampu menyelesaikan masalah yang sudah berurat berakar. 

Memang keberhasilan kebijakan ini tertolong oleh perkembangan teknologi, yaitu adanya taksi online. Sehingga mereka yang kendaraannya tidak bisa beredar, dengan mudah dapat menggunakan taksi online. Tetap mudah dan murah.

Saya sempat memikirkan nasib taksi online akibat kebijakan ganjil genap. Apakah mereka akan terdampak negatif karena kurangnya waktu operasi. Ternyata yang terjadi malah sebaliknya.

Berdasarkan riset kecil-kecilan, saya menemukan bahwa para pengemudi taksi online justeru ikut mendapat berkah. Yang mereka lakukan adalah, di hari yang berbeda dengan plat nomor kendaraannya, mereka istirahat total di rumah. 

Di hari yang sesuai, mereka berangkat sepagi mungkin, dan karena jalanan lancar, dan jumlah penumpang meningkat, sebagai hasil dari kebijakan ganjil genap, pendapatan mereka juga meningkat, atau setidaknya setara dengan sebelumnya. Sehingga dengan hari kerja yang lebih sedikit, dan istirahat yang lebih banyak buat pengemudi beserta kendaraannya, mereka tetap dapat membayar cicilan kendaraan dan membiayai hidup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun