Sungguh indah dan sempurna manusia sebagai ciptaan-Nya. Begitu pula dengan alam dan seisinya yang diperuntukkan bagi setiap insan. Hingga suatu saat seorang insan bernama Syukur termenung memikirkan semua yang terjadi.
Pribadi yang baik, ramah, lembut dan punya banyak teman. Kehidupannya mulai kecil berkecukupan dan layak. Rumah yang bagus, keluarga yang utuh, sekolah yang berkompeten, teman-teman dan lingkungan yang kondusif, ekonomi yang lebih dari cukup. "Apakah aku terlena dengan semua ini?"
"Pak, aku ijin latihan badminton."
"Bu, aku ijin latihan keyboard."
"Mungkin gak ya aku bisa juara badminton. Atau aku bisa mahir main keyboard."
Otak benar-benar terasa sudah penuh. Syukur tak ingin mengingatanya. Memang semua hanya tersimpan. Saat ini adalah kenyataan. Masa depan akan tetap menjadi impian. "Bisa gak ya aku? Apa memang begini?"
"Pak, aku lulus sidang."
"Bu, aku besok wisuda."
Syukur tau apa yang harus dia lakukan setelah itu. Dia terus berusaha. Dia menyadari ini memang sudah kewajibannya. Walau memang tetap ada yang berkecamuk. Tak dapat didamaikan dengan dirinya. Tak mungkin baginya untuk menampung semua. 10 jari yang dimilikinya akan mulai bercerita.
"Aku coba."