Mohon tunggu...
Ervan Yuhenda
Ervan Yuhenda Mohon Tunggu... Lainnya - Independen

Indonesia, Pembaca Buku, Penonton Film, Pendengar Musik, Pemain Games, Penikmat Kopi, Senang Tertawa, Suka Berimajinasi, Kadang Merenung, Mengolah Pikir, Kerap Hanyut Dalam Khayalan, Mengutamakan Logika, Kadang Emosi Juga, Mudah Menyesuaikan Diri Dengan Lingkungan, Kadang Bimbang, Kadang Ragu, Kadang Pikiran Sehat, Kadang Realistis, Kadang Ngawur, Kondisi Ekonomi Biasa-Biasa Saja, Senang Berkorban, Kadang Juga Sering Merepotkan, Sering Ngobrol Politik, Senang Dengan Gagasan-Gagasan, Mudah Bergaul Dengan Siapa Saja, Namun Juga Sering Curiga Dengan Siapa Saja, Ingin Selalu Bebas, Merdeka Dari Campur Tangan Orang Lain. Kontak : 08992611956, Wartawan Muda

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Eksplorasi Planet Terlarang

2 Mei 2024   16:45 Diperbarui: 2 Mei 2024   16:46 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Dokumentasi Pribadi)

"Ini luar biasa," kata Marcus, memotret bunga itu dengan kamera.

Maya mengamati bunga itu dengan penuh kagum. "Kita harus mencatat semua yang kita temui di sini. Ini bisa menjadi penemuan besar."

Mereka melanjutkan perjalanan mereka, menjelajahi hutan yang semakin gelap. Cahaya remang-remang dari bunga-bunga raksasa menjadi satu-satunya sumber cahaya di sekitar mereka.

Tiba-tiba, mereka dihadapkan dengan suara aneh yang datang dari dalam hutan. Itu adalah suara yang mereka belum pernah dengar sebelumnya, seperti getaran rendah yang terus-menerus.

"Ada apa itu?" tanya Emily, dengan suara yang gemetar.

"Tidak yakin," kata Marcus, memeriksa instrumen pemindai. "Tetapi itu datang dari arah sana."


Maya menatap ke arah yang ditunjuk oleh Marcus, berusaha mengetahui asal suara itu. "Ayo kita mencoba mendekat dan melihat apa yang akan kita temui disana."

Mereka bergerak dengan hati-hati, mengikuti suara yang semakin keras saat mereka mendekat. Akhirnya, mereka tiba di sebuah tempat yang terbuka di dalam hutan, di mana mereka menemukan sumber suara itu.

Ternyata, itu adalah sekelompok makhluk kecil yang terlihat seperti kupu-kupu, tetapi dengan sayap yang terbuat dari cahaya yang berkedip-kedip.

"Ini luar biasa!" kata Emily, terpesona.

"Mungkin mereka berkomunikasi dengan cahaya," kata Marcus, mencoba mengambil sampel untuk diteliti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun