"Ada orang bodoh dari gunung yang membeli emas. Oleh tukang emas, ia diberi kertas kuning yang dipikirnya sebagai emas mulia."
Di medsos banyak beredar "kertas kuning" yang diterima sebagai "emas mulia". Berita tentang peristiwa "A" dipelintir menjadi peristiwa "B". Foto dipotong atau diedit sehingga menyimpang dari foto aslinya. Ada juga foto "X" yang dinarasikan sebagai "Y".
Semua hasil manipulasi itu beredar dalam 24 jam sehari. Karenanya, hanya kita sendiri yang dapat diandalkan untuk membentengi diri dari gempuran informasi sesat.
Dari pengalaman selama ini, sebenarnya ada satu cara yang paling mudah untuk membiasakan keluarga teliti dalam bermedsos, yaitu dengan menantang mereka menemukan kejanggalan-kejanggalan pada konten yang melintasi timeline-nya.
"Apa yang salah dengan ini?"
Pertanyaan itu pastinya akan merangsang siapa pun untuk mencari tahu jawabannya. Terleboh jika pertanyaan itu diberikan pada anak-anak dan remaja.
Dari cara sederhana itulah budaya teliti dalam bermedsos perlahan terbangun. Inilah yang akan melahirkan sikap kehati-hatian yang mengekang pengguna medsos untuk tidak begitu saja berinteraksi pada konten yang belum jelas kebenarannya. Â
Kalau saja Dorna melihat keanehan pada roda kereta Yudhistira yang seketika menyentuh tanah, pastinya begawan sakti itu tidak akan kehilangan kehati-hatiannya dan menerima begitu saja kabar kematian putranya.
Begitu juga dengan netizen yang aktif bermedsos. Kunyahlah informasi sebelum menelannya. Jika meragukan kebenarannya, lebih baik abaikan saja. Dan, hanya dengan cara mudah seperti inilah ketahanan nasioal dapat terbangun dengan sendirinya.
Link Twitter:
@BKKBNofficial@HumasBKKBN@MPC_BKKBN@kompasianahttps://t.co/3N4QIZMG3H— Gatot Swandito (@GatotSwandito) August 9, 2017