"Mulder, the truth is out there,"ucap Scully, "but, so are lies."
Itulah dialog antara agen FBI Fox Mulder dengan mitranya Dana Scully yang terkenal dalam serial The X File.
Demikian juga dengan media sosial. Lewat media sosial, netizen bisa memperoleh banyak informasi. Tetapi, di antara bermilyar informasi yang bertebaran itu tidak sedikit informasi sesat yang menyisip. Masalahnya, melawan informasi hoax bukanlah pekerjaan mudah.
Hoax menjadi sulit dilawan karena untuk melemparkannya ke duania maya penyebarnya hanya membutuhkan satu-dua kalimat.. Tetapi, untuk melawannya, dibutuhkan berderet-deret kata yang disertai bukti-bukti atau argumen sebagai penguatnya.
Celakanya lagi, tidak banyak netizen yang berani melawan penyebaran informasi hoax. Dengan berbagai alasan, salah satunya takut di-bully, netizen lebih memilih untuk membiarkan informasi hoax melintasi timeline-nya.
Hoax semakin menjadi masalah karena virus kotor ini pun menyebar di antara akun-akun media sosial yang dimiliki oleh orang-orang terdekat kita, bahkan keluarga yang tinggal serumah dengan kita.
Lewat mesin pencari Google, kita bisa mendapatkan banyak informasi tentang langkah bijak menggunakan media sosial. Ada juga tips mengawasi penggunaan medsos oleh anak, dari dengan cara mengetahui password sampai membatasi waktu pemakaian gawai.
Sedangkan untuk melawan informasi hoax, semua tips nyaris seragam: "Teliti sebelum membeli".
"Sebelum menyakini keberpihakan seseorang kepada kita, jangan pernah menganggapnya sebagai teman." Begitu nasehat Patih Sengkuni kepada Duryudhana.
Jika nasehat tokoh pewayangan yang dikenal licik itu dimodivikasi ke dalam kehidupan bermedsos, maka bunyinya menjadi "Sebelum menyakini kebenaran akan informasi yang beredar di media sosial, jangan pernah mempercayainya."
Singkatnya, "Jangan gampang percaya!".