Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

4 Tempat Wisata Wina yang Harus Dikunjungi

8 November 2019   14:20 Diperbarui: 8 November 2019   14:34 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Antri panjang sampai bangunan miring (dok.Gana)

Ini, nih. Namanya perempuan, pasti happy dan semangat 45 ke pusat perbelanjaan. Neu=baru, bau =bangunan, Gasse=gang. Iyaaaa di gang ini bertebaran toko-toko seperti H&M, Zara, Tally Weijl, TK Maxx, bakeri, Libro, Chocolaterie dan lain-lain. Gemes nggak sih. 

Karena backpackeran dan hanya boleh bawa ransel 8 kg sebagai bagasi tangan (yang bias ditaruh di bawah kursi/bukan di kompartemen) di dalam pesawat, artinya saya nggak bisa belanja. Jadinya hanya window shopping sajalah.

Selain itu, selama jalan dan jalan di sekitarnya tadi, kita bisa menemukan bangunan bersejarah seperti rumah Ferdinand Raimunds, pemain film yang lahir 1790. 

Begitu pula dengan Stifskaserne basecamp militer sejak tahun 1696, gereja katolik Pfarre Mariahilf yang indah sekali dengan warna emas dan lukisan indah dan Bruno Bettelheim-Haus (rumah bersejarah keluarga Bettelheim).

Kaserne militer (dok.Gana)
Kaserne militer (dok.Gana)
Rumah Hermonds(dok.Gana)
Rumah Hermonds(dok.Gana)
Lukisan di gereja Katholik (dok.Gana)
Lukisan di gereja Katholik (dok.Gana)
Maksi dulu di Wok (dok.Gana)
Maksi dulu di Wok (dok.Gana)
3. Caf Zentrale

Suami saya suka masak dan makan. Makanya ia merekomendasikan tempat ini untuk  saya kunjungi. Cafe di Herrengasse yang sudah berdiri sejak 1876. 

Dibuka setiap hari Senin-Sabtu pukul 7.30-22.00 dan Minggu pukul 10.00-22.00, selalu sarat pengunjung. Saya harus berdiri 30 menit untuk bisa duduk dan makan kue di sana. Perjuangan yang memang sangat dinikmati para turis berbagai dunia.

Saya senyam-senyum. Kami berbaris seperti pembagian girik jaman penjajahan. Antrinya pun dua kali; di luar atau depan pintu masuk dan di depan pintu kedua atau di depan etalase kue, sampai pelayan menemukan tempat. Ngeri, kan. Tapi demi merasakan Cafe yang legendaris tempat nongkrongnya Hitler, Stalin, Sigmund Freud dan lainnya itu memang seribu satu, sesuatuh.

Akhirnya di Cafe yang menempati lantai dasar bekas gedung sebuah bank dan bursa efek Palais Ferstel itulah, saya berhasil mencicipi kue coklat khas Wina, Sachertorte. Tentu saja juga ditemani menghirup coklat susu panas. Total kira-kira 10 euro atau Rp 155.000.

Tip: saat antri sendiri, carilah pasangan/kenalan karena biasanya pelayan akan mendahulukan tamu (yang antri) berjumlah 3 atau lebih. Sembari mencari kesempatan dalam kesempitan supaya didahulukan, juga bisa memperluas pergaulan. Asal nggak kecantol, ya kann?

Antri panjang sampai bangunan miring (dok.Gana)
Antri panjang sampai bangunan miring (dok.Gana)
Dipilih, dipilih, dipilih! (dok.Gana)
Dipilih, dipilih, dipilih! (dok.Gana)
Sachertorte (dok.Gana)
Sachertorte (dok.Gana)
4. Museum Sisi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun