Namun, karena kami berempat telah menyerahkan uang sebasar RM 350 ke calo, sudah tentu kami tidak bisa menerima tawaran kebaikan hati seseorang yang ditunjukkan Putra itu. Ketika itu, dengan menggunakan jasa calo, kami sudah punya keyakinan bahwa urusan akan beres dalam satu hari.
Akan tetapi, meskipun telah membayar calo RM 350, kami  gagal lagi. Hari itu, Selasa, 24 Desember 2019, setelah menunggu seharian,  sekitar pukul 19.00 sang calo menyatakan permohonan maaf dan mengembalikan uang kami.
Malam itu juga, kami berempat pulang ke kediaman masing-masing karena besoknya, 25 Desember 2019 Â adalah hari libur Natal. Harapan kami bisa berhasil membayar kompaun untuk mendapatkan check out memo tinggal satu hari, yaitu tanggal 26, karena tiket kepulangan kami berempat tanggal 27 Desember 2019.
Sebelum pulang, kami terlebih dulu menemui seseorang  (seperti yang diceritakan anak Medan bernama Putra) yang katanya bisa menolong kami agar bisa mendapat antrean paling depan untuk tanggal 26 Desember pagi.
Seseorang tersebut memberi arahan agar kami kembali berkumpul di taman depan kantor imigrasi Selangor pada 25 Desember sebelum maghrib untuk ditunjukkan tempat bersembunyi pada malam harinya agar pada 26 Desember pagi kami bisa mendapat antrean paling depan.
Rabu, 25 Desember 2019 sekitar pukul 16.30, saya dan sepupu saya sudah berangkat dari Port Klang menuju kantor imigrasi Selangor di Shah Alam. Kami kembali berkumpul di taman. Ternyata, selain kami berempat, ada 9 orang lagi yang malam itu akan bersembunyi di suatu tempat, termasuk tiga orang teman Putra, yaitu Maya, Marniz dan Tiwi, juga anak Jawa Timur bernama Lukman dan Iwan, sehingga total 13 orang.
Alhamdulillah, penantian kami semalaman, tidur bersembunyi di ruangan gelap, tidak sia-sia. Pagi itu, Kamis (26 Desember 2019) kami bisa mendapat antrean paling depan dan berhasil membayar kompaun untuk mendapat check out memo, keluar dari negara Malaysia, meski saya sendiri sempat dibentak-bentak dan didorong-dorong oleh oknum pegawai imigrasi gara-gara 'bergeser' dari barisan.
Di tengah praktik percaloan yang sedemikian kotor, Tuhan telah mempertemukan kami dengan orang baik. Hanya doa yang bisa kami panjatkan, semoga Tuhan senantiasa memberikan kesehatan dan melimpahkan rezeki kepada seseorang yang telah menolong kami.
***