Mohon tunggu...
Jamalludin Rahmat
Jamalludin Rahmat Mohon Tunggu... Penjahit - HA HU HUM

JuNu_Just Nulis_

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Sayembara Kursi

25 Juli 2019   21:29 Diperbarui: 26 Juli 2019   13:10 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar diambil dari wahyu-apriyadi.blogspot.com

Lelaki paruh baya berbaju batik cokelat tampak ragu-ragu untuk memasuki pekarangan rumah seorang nyonya keturunan darah pahlawan yang hijau asri dan bertingkat tiga. 

Beberapa hari belakangan pikiran lelaki ini dikerumuni gambar-gambar tentang bermacam-macam bentuk kursi dari koran Kekuasaan yang dibacanya beberapa hari lalu.

Di koran Kekuasaan itu sang nyonya keturunan darah pahlawan mengumumkan tentang adanya sayembara kursi bahwa siapa yang sanggup membuat kursi dalam jangka waktu seminggu sesuai dengan gambar-gambar kursi yang ada di koran itu maka ia boleh menduduki kursi itu dan ia berkuasa penuh di Desa Perjuangan Raya selama lima tahun sesuai dengan syarat dan ketentuan yang berlaku dari sang nyonya keturunan darah pahlawan.    

Ragu selimuti hati lelaki ini dengan beberapa pertanyaan berputar-putar di pikiran. Sanggupkah ia memenangi sayembara itu? Ia juga harus berhitung dengan 10 orang ahli pembuat kursi dari tetangga di depan rumah yang ikut sayembara. 

Belum lagi kegagalan-kegagalan terdahulu ketika beberapa kali ikut sayembara tak sama sekali pernah menang.

Tapi dorongan dari lima tetangga samping kanan yang menyatakan bahwa "kegagalan adalah sukses yang tertunda," dan "bukan seberapa sering gagal tapi seberapa berani berjuang" membuat darah kelelakiannya mendidih dan menggelegak. Hingga ia sampai pada kesimpulan "pantang lelaki jantan surut ke belakang setelah layar terkembang menuju haluan."

Tekad baja inilah yang menghantarkan ia memijakkan kaki di rumah sang nyonya keturunan darah pahlawan. 

Lagi pula, ia mengenal baik sang nyonya dulunya ketika sama-sama membangun Desa Perjuangan Raya. 

Kenangan dulu itu sebabkan nada-nada optimis menang semakin kencang mendengung di telinga serta bayangan ia duduk di atas kursi yang dibuat dan berkuasa penuh selama lima tahun karena menang sayembara kursi bermain-main di pelupuk mata.

Menurut lelaki paruh baya berbaju batik cokelat cara menemui langsung sang nyonya keturunan pahlawan dan berbicara empat mata dirumahnya sebelum sayembara dilaksanakan merupakan langkah tepat dan jitu supaya jadi juara sayembara.

Kabar lelaki paruh baya berbaju batik cokelat yang menemui sang nyonya keturunan pahlawan ini secara diam-diam akhirnya diketahui juga oleh lima tetangga rumah samping kanan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun