Ketiga. Pada per judul ada kata-kata mutiara yang membuat saya terpekur pikir bak filosof. Layaklah Daeng Khrisna Pabichara disematkan sebagai "filosof bahasa." Seperti "Bagaimana kamu dapat memahami hakikat dicintai dan mencintai kalau arti acuh saja kamu tak paham." Atau "Jika semua permintaan kita dipenuhi oleh Tuhan, kita tidak paham akan hakikat bersabar. Jika semua harapan kita menjadi kenyataan, kita tidak akan tahu esensi tabah."
Keempat. Novel ini memberikan pedoman kepada setiap pembaca bagaimana agar "iman" bahasa Indonesia menjadi kuat dengan kosakata baku dan takbaku sesuai Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Kita menunggu karya-karya Daeng Khrisna Pabichara berikutnya.
JR
Curup
Rejang Lebong
Senin, 24 Juni 2019. 23.33