Kakak lelaki ibu lah-dipanggil Mak Tuangku-yang membawa ibu merantau ke Kabupaten Mannai. Mak Tuangku juga berdagang pakaian sekaligus grosir besar di pasar kota tapi lebih dulu berniaga di banding ayah.
Pertemuan ayah dengan ibu secara tak sengaja terjadi di toko Mak Tuangku yang penjual grosir besar di pasar kota Kabupaten Mannai. Ibu ketika gadis bekerja di toko pakaian Mak Tuangku dan ayah ketika bujang sering berbelanja pakaian ke toko tersebut.Â
Sering bertemu hingga lama kelamaan cinta bertumbuh dan berkembang di hati ayah dan ibu yang berujung ke pelaminan. Kala menikah usia ayah 25 tahun dan ibu 22 tahun.
Masuki usia pernikahan tahun ketiga, ibu melahirkan Badai di rumah Bidan Arimi kala itu hujan lebat, langit kelam malam dan badai menerjang. Agak lama memang ayah dan ibu diberi rezeki anak.
Wajah tegang selimuti Ayah ketika mengikuti proses kelahiran Badai. Ayah berdiri setia mendampingi sambil memegang tangan ibu kuat.
Jerit keras, tangisan dan keringat peluh basahi tubuh Ibu. Lahirlah Badai dengan selamat. Ayah langsung kecup kening ibu dan sujud syukur dengan airmata menetes ke lantai.
Terilham dari badai yang terjadi kala lahir maka sang ayah beri nama 'Lelaki Badai' dan juga berharap besar nanti melakukan kebaikan-kebaikan yang membadai.
15 tahun umur Badai. Ibu ceritakan itu kepada Badai di  rumah siang hari dekat dipan tidur ayah berbaring sakit. Ketika Badai bertanya mengapa bernama Badai dan seperti apa kelahirannya. Hujan berangkul di pundak Badai.
JR
Curup
07.05.2019.