Mohon tunggu...
Erusnadi
Erusnadi Mohon Tunggu... Freelancer - Time Wait For No One

"Sepanjang sungai/kali masih coklat atau hitam warnanya maka selama itu pula eksistensi pungli, korupsi dan manipulasi tetap bergairah "

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Cerita Cinta di Atas Bajaj

1 Maret 2020   20:41 Diperbarui: 4 Maret 2020   10:07 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Dokumentasi Pribadi

Dari pasar di dekat stasiun kereta api itu, Pariyem duduk di atas trotoar jalan yang kelihatannya baru selesai dibangun. Bersih, dan lebar. Namun sekitar 10 meter darinya berjejer sepeda motor yang membuat sempit  pejalan kaki. 

Di ujung lainnya juga demikian.  Mata Pariyem tengok kanan kiri seperti ada yang dinantinya. Di dekatnya sudah menunggu bajaj yang di stopnya beberapa menit lalu, setengah jam barangkali. Belanjaannya sudah diletakkan di bangku bajaj belakang. Tinggal jalan sebenarnya, namun Pariyem meminta sabar pengemudi bajaj.

"Sabar ya, bang. Sebentar lagi juga datang,"kata Pariyem. Si abang bajaj menimpali pula dengan setengah menggerutu, sembari menghisap rokok yang semakin pendek itu.

Timpalnya, "sabar sih sabar mbak, tapi ini udah mau setengah jam. Kalo diitung udah dua penumpang ini saya dapet."

Pariyem tidak menghiraukan, dipikirnya itu resiko tukang bajaj. Penumpang adalah raja, seperti juga yang dialami di warung tegalnya tatkala ia memposisikan langganan atau pembeli sebagai raja atau ratu. Kali ini Pariyem adalah sang ratu bagi pengemudi bajaj.

Satu jam kurang 15 menit, yang dinanti datang juga. Pariyem senang, dan berdiri menyambutnya. Pengemudi bajaj cemberut menahan emosi. Namun Karim gembira hendak memeluk Pariyem. Dua orang yang sudah tiga tahun menjalin cinta ini seperti tidak hirau dengan raut wajah di dekatnya. Dunia di sekitar pasar dan stasiun, juga orang-orang, dan pejalan kaki, bagi mereka berdua adalah pelengkap hidup semata, termasuk tukang bajaj.

"Abang lama banget sih, ayang udah mau setengah jam nunggu. Jadi gelisah juga ini,"ujar Pariyem manja seraya memilin-milin  baju ujung kaosnya yang di kedua ketiaknya itu tampak basah. Bibirnya tersenyum seperti monyong, dan matanya berbinar.

Balas Karim,"iye sorry. Tadi di jalan, angkotnya ngetem lama banget, say. Sorry ye."

Keduanya berkata-kata manja saling bersitatap seakan ingin memeluk satu sama lain.

Sementara tukang bajaj tetap masih menampakkan wajah tidak senang.  Ia nyaris dengar semua yang dikatakan kedua orang ini. Sudah satu jam belum juga ada tanda-tanda calon penumpang perempuannya ini masuk. 

Sudah ditegur satu kali tadi ia masih bisa diterima. Sekarang ia ingin menegurnya, namun ditahan setengah mati. Ia masih maklum bila dua orang sedang jatuh hati jika salah satu ditegur mengenai soal apapun, termasuk naik bajaj, salah satunya pasti marah. Terutama lelakinya. Pengemudi bajaj yang kurus, kecil, dan kerempeng ini masih sabar sesabar-sabarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun