Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Ketika Hati Tuan Gerson Bergeser ke Kanan

19 Agustus 2017   10:48 Diperbarui: 19 Agustus 2017   16:00 1095
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: thinkstockphotos.com

Hari itu juga mereka pergi ke kota menggunakan kereta api. Ternyata kursi kereta sudah penuh. Tuan Gerson dan Ellen terpaksa harus berdiri.

Tuan Gerson menyapu pandangan. Ia berharap ada bangku kosong, satu saja tak apa. Untuk Ellen. Ia kasihan melihat istrinya itu sesekali badannya terhuyung ke depan saat kereta tiba-tiba mengerem atau menambah kecepatan.

Mata tua laki-laki itu tertuju pada sosok pemuda yang duduk tak jauh darinya. Pemuda itu menguasai dua kursi. Satu kursi digunakan untuk berselonjor kaki. Tuan Gerson mendekat.

"Boleh kami pakai satu kursi, anak muda? Istriku yang sudah renta itu tampak kelelahan karena sejak tadi harus berdiri," Tuan Gerson berkata sopan kepada pemuda itu. Tapi si pemuda terlihat acuh. Ia pura-pura tidak mendengar. Telinganya sengaja disumpal dengan sesuatu. Earset.

Tuan Gerson tampak sangat kecewa. Ia kembali ke tempat semula, berdiri menjejeri istrinya.

"Banyak nian ketidakpedulian di sini," Tuan Gerson bergumam. Ellen hanya tersenyum.

Satu jam perjalanan, kereta berhenti di setasiun pertama. Seorang penumpang turun. Terburu Tuan Gerson mendapati kursi bekas orang itu. Ia ingin mengamankannya untuk Ellen.

Tapi baru saja telunjuknya hendak memberi tanda ke arah Ellen agar mengikutinya, seorang perempuan muda berjalan sempoyongan naik ke atas kereta. Perempuan itu berperut buncit. Sedang hamil. Dan kehamilannya sepertinya sudah cukup tua.

Tuan Gerson ingin sekali berpura-pura tidak melihatnya. Matanya beralih ke arah Ellen yang berdiri terkantuk-kantuk. Tapi hal itu tidak berlangsung lama. Matanya kembali tertuju ke arah perempuan hamil yang berdiri tak jauh dari Ellen.

Tuan Gerson beranjak dari duduknya. Ia mendekati perempuan hamil itu seraya berkata, "Duduklah di sana, Nak. Kami lebih kuat dari bayi dalam perutmu itu."

Perempuan yang diajak bicara itu mengangguk. Ia mengucap terima kasih berkali-kali, lalu berjalan ke arah kursi yang ditinggalkan Tuan Gerson.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun