Hebatnya, Abah Karman tak pernah mau menggantungkan hidupnya pada siapapun termasuk anaknya sendiri. Padahal ketiga orang anaknya sudah bekerja dan hidup berkecukupan. Bahkan dua diantaranya berfrofesi sebagai guru di sekolah dasar.
"Kalau mau, mungkin abah bisa tinggal dengan anak-anak, tidak perlu repot-repot cari duit. Tapi Abah tidak mau. Lebih baik hidup miskin daripada membebani orang lain" Ujarnya.
Tiba-tiba di tengah perbincanganku dengan Abah Karman, ada seorang ibu dan anaknya yang sedang nangis ingin balon. Namun tampaknya si ibu itu tengah tergesa-gesa. Namun, karena tangisan si anak makin keras, ia pun terpaksa membeli balon dari Abah Karman.
"Berapa satunya balon ini kek?"
"7500 rupiah neng" Jawabnya.
Si ibu itu pun menyodorkan uang lembaran lima puluh ribu rupiah. Abah Karman kebingungan, karena tidak ada uang kembaliannya.
"Gak ada uang pas ya neng?"
"Duh gak ada kek. Gimana ya?" Si ibu juga kebingungan.
"Ya udah gak apa-apa neng. Ambil aja dulu uangnya. Abah lihat ibu lagi buru-buru. Lain waktu aja bayarnya kalau kita ketemu lagi" kata Abah Karman, sambil terus melepas senyum.
"Beneran nih kek?" Si ibu kurang percaya.
"Beneran neng. Abah ikhlas lilahi ta'ala" kembali tersenyum ramah.