Mohon tunggu...
Egi Sukma Baihaki
Egi Sukma Baihaki Mohon Tunggu... Penulis - Blogger|Aktivis|Peneliti|Penulis

Penggemar dan Penikmat Sastra dan Sejarah Hobi Keliling Seminar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Memutus Mata Rantai Terorisme Tak Semudah Kedipan Mata

26 Mei 2018   05:54 Diperbarui: 26 Mei 2018   06:59 599
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kasus 'kerusuhan' napi terorisme di Mako Brimob beberapa waktu lalu yang membuat bangsa Indonesia dan luar negeri terkaget-kaget. Di beberapa pemberitaan bahkan para napi disebutkan sempat menawan beberapa anggota polisi dan menguasi beberapa blok lapas. 

Kericuhan Mako Brimob telah membuat beberapa anggota polisi meninggal dunia, dan kasus ini membuat psikologis bangsa Indonesia khususnya kepolisian merasa terpukul yang mendalam. 

Setelah terjadinya insiden tersebut, kembali bangsa Indonesia mengalami musibah yang mengoyak rasa persatuan kita sebagai bangsa dan umat beragama, terjadinya aksi teror di Surabaya yang menyasar rumah ibadah kembali terjadi. 

Selain miris dan menyakitkan karena ada banyak orang tidak bersalah yang meregang nyawa, aksi teror di Surabaya ternyata memiliki fakta yang memprihatinkan yaitu dilakukan oleh satu anggota keluarga termasuk anak-anak.

Sungguh miris, anak yang seharusnya masih mendapatkan kasih sayang dan perhatian yang cukup dari orang-orang tercinta, menikmati masa kecil dengan permainan, justru harus menjadi korban dari aksi kedua orang tuanya.

Jika kita menelisik beberapa kasus terorisme di Indonesia, gerakan itu biasanya menyasar perkantoran atau kedutaan, tempat hiburan dan tongkrongan serta rumah ibadah agama lain. 

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Namun belakangan, aksis teror juga menyasar para anggota kepolisian karena dianggap sebagai bagian dari thagut oleh para teroris. 

Mata rantai terorisme ini sepertinya tidak ada habisnya, pasang-surut, akan tetapi ternyata gerakan bawah tanahnya begitu masif. Perekrutan dan pelatihan nyatanya gencar dilakukan. 

Sudah banyak para teroris yang harus menghadapi peluru panas saat penangkapan, masih mendekam di penjara hingga akhir hidupnya, hingga harus merasakan eksekusi peluru panas. 

Maraknya aksi terorisme ini kemudian semakin parah dan naik ke permukaan saat dunia tengah dihadapkan dengan aksi teror global dari ISIS .  Deklarasi kehadiran ISIS  ibarat gayung bersambut, membuat banyak warga dari beberapa negara termasuk dari Indonesia ikut mengikrarkan diri sebagai anggota atau langsung pergi ke Suriah untuk menjadi pasukan ISIS. 

Pemerintah dengan berbagai organisasi gencar melakukan sosialisasi dan upaya untuk mencegah penyebaran paham-paham radikal, terhadap para napi terorisme pemerintah juga mengupayakan tindakan deradikalisasi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun