Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Guru Melambung Pujian, Kemerdekaan dan Kesejahteraannya Melempem

26 November 2019   08:03 Diperbarui: 26 November 2019   17:44 3934
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ir. Soekarno, Bapak Proklamator RI, sangat peduli dengan dunia pengajaran. Foto: Berdikari Online

Kisahnya begini. Nabi masih tetap tinggal di wilayah Badar selama tiga hari setelah perang berakhir. Lalu, 70 orang tawanan diperlakukan dengan baik. Nabi bermusyawarah dengan para sahabat. Pada intinya dibahas tentang tawanan yang harus diperlakuan dengan wajar dan terhormat. 

Ada yang dibebaskan dengan cara meminta tebusan kepada anggota keluarganya, ada yang dibebaskan karena kemiskinan dengan syarat tak lagi memusuhi Islam hingga harus dibunuh saat itu juga lantaran karena kedurhakaannya kepada Allah sudah melampaui batas.

Tetapi ada juga tawanan yang dibebaskan dengan syarat. Yaitu, harus menjadi guru dan mengajar baca tulis anak-anak kaum Muslimin. Setiap 10 anak yang dapat mereka ajar dengan baik, tawanan berhak memperoleh kebebasan.

Demikian pandangan jauh Nabi tentang guru dan mengarahkannya kepada generasi muda.

**

Kini, sungguh luar biasa cara memuliakan guru dengan memperbanyak pujian. Guru harus dimerdekakan dari urusan birokrasi, guru harus bla dan bla bla.... Entah apa lagi kalimat pujian yang membuat hati berbunga. Itu sah saja sebagai ungkapan rasa hormat kepada guru.

Sayangnya, pujian itu tidak sejalan dengan realitas. Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Unifah Rosyidi menyebut, sosok guru harus dilihat secara komprehensif.

Selama 10 tahun tidak ada pengangkatan guru. Akibatnya, terjadi kekurangan guru. Saat ini, 52 persen berstatus guru swasta dan honorer yang digaji terbatas. Bicara gaji bagi guru terasa berat, tapi yang dibutuhkan adalah bagaimana upaya untuk menopang hidupnya. Namun harus diingat profesionalisme tetap melekat di dalamnya, termasuk kesejahteraan yang layak.

Ingat, guru adalah orang yang menciptakan dan membayangkan masa depan. Dan, jika kita tengok pesan Mendikbud Nadiem Makarim dalam pidatonya, sejatinya telah menjadi bagian dari perjuangan PGRI sejak lama. Tegasnya, Pidato Nadiem sejatinya telah lama menjadi perjuangan para guru di Tanah Air.

Kita pun ingat, bahwa institusi ini telah lama memperjuangkan penyederhanaan birokrasi, kemerdekaan profesi, dan otonomi sekolah.

Jadi, membahas peran guru tak cukup dengan pujian. Lebih baik memperjuangkan kesejahteraannya. Tanpa diminta, guru akan mengedepankan tanggung jawabnya, yaitu profesionalisme. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun