Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Thamrin Sonata, Kenal Langsung Akrab

4 September 2019   07:23 Diperbarui: 4 September 2019   18:13 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bang TS ketika mendampingi Yon Bayu pada satu acara di TMII. Foto | Dokpri

Sedih. Semalaman masih terbayang wajahnya. Usai shalat subuh,  pada Rabu (4/9) ini, kupanjatkan doa semoga almarhum Thamrin Sonata, dengan seluruh amal kebaikannya diterima Allah SAW.

Masih kuat ingatan penulis berkenalan dengan sosok Thamrin Sonata. Mungkin sekitar dua bulan lalu, di Graha Wisata TMII Jakarta, Jumat (2/8) yang dihadiri para kompasianer.

Acaranya meriah dan dikemas sederhana. Pelajaran pelatihan menulis yang melibatkan para Kompasiana ini memang sungguh bermanfaat. Santai namun kita dapat tambahan ilmu plus jalan-jalan pula ke Pulau Maju.

Penulis, dalam acara itu duduk di belakang. Ada orang berkumis ganteng duduk mengenakan kaos gaya orang Madura. Lalu, kudatangi. Berjabat tangan sambil melempar senyum.  Ia tak menyebut nama, dan saya pun langsung duduk disampingnya dan ngobrol seperti orang sudah kenal lama.

Kami, dalam perbincangan itu terasa semakin hangat. Suara nara sumber, penulis novel Fanny Jonathan Poyk, dalam acara kelas menulis di depan terasa kurang mendapat perhatian meski itu penting.

TS ketika bicara di hadapan peserta. Foto | Dokpri
TS ketika bicara di hadapan peserta. Foto | Dokpri
Lantas, ia sempat menyinggung penulis tentang baru saja pulang umrah.

"Baru pulang umrah, ya?" tanya si Kumis.

"Hehehe, iya," jawabku santai.

Lantas, ia membuka pembicaraan agak serius. Ujungya ia mengajak penulis menyumbangkan hasil karnyanya tentang potret pendidikan anak masa kini.

Terserah, dari sisi mana. Waktunya, lanjut si Kumis, memang sudah mepet. Tapi ia nampaknya yakin bisa diselesaikan dengan baik.

Penulis pun mengganggukan kepala tanda setuju. Ia pun nampak senang disusul saling tukar nomor telepon genggam (HP).

Setelah mencatat nomor, penulis tanya siapa namanya, si Kumis itu menjawab singkat: "TS".

**

Si Kumis alias TS ternyata sudah lama memperhatikan penulis. Komentarnya dalam tulisan di Kompasiana pendek, namun mengenai sasaran. Bisa jadi ia membacanya sampai tuntas. Boleh jadi pula ia memang sudah terlalu pakar dalam dunia tulis menulis.

Rasa penasaran tentang si Kumis itu, lalu penulis mendatangi Yon Bayu -- yang memang sudah dikenal melalui tulisan politiknya di Kompasiana -- dan kemudian dijelaskan TS singkatan dari pemilik nama Thamrin Sonata.

"Hmmm, itu orangnya toh. Beda foto di Kompasiana dan tampilan seutuhnya," pikir penulis.

Belakangan, dalam acara itu, penulis baru tahu bahwa Yon dan TS sudah bersahabat lama. Keduanya dan beberapa orang lainnya, dalam acara itu, adalah duduk sebagai panitia. Wuih, keren.

Dan, sejak itu persahabatan penulis dengan TS semakin terasa dekat. Pekerjaan yang dipesan TS pun cepat diselesaikan dalam waktu sepekan. Sementara kebutuhan dukungan administrasi juga secepatnya diselesaikan.

Sebelumnya penulis sempat bercanda dengannya.

"Bisa dicicil nggak?" tanyaku.

"Bisa saja," jawabnya melalui WA

"Hehehe, sudah selesai pak. Semoga cepat naik cetak," kataku lagi dan kemudian beberapa hari berikutnya ia menyampaikan ucapan terima kasih.

"Insya Allah buku kroyokan ini dapat naik cetak," kata TS.

Lalu, penulis tanya lagi. Udah diperiksa, belum naskahnya?

TS lalu menjelaskan, tulisannya sudah laik naik cetak.

**

TS ikut memotivasi peserta dari belakang. Foto | Dokpri
TS ikut memotivasi peserta dari belakang. Foto | Dokpri
Dalam belantika dunia tulis menulis, penulis meyakini, TS punya reputasi yang sangat luar biasa.

Mengapa?

Ketika penulis perhatikan ia sangat akrab dengan nara sumber, seperti penulis novel Fanny Jonathan Poyk.

"Pak Thamrin belakangan saja bertanyanya, ya?" pinta Fanny ketika TS mengacungkan tangan untuk dicatat dirinya sebagai penanya berikutnya.

"Bapak dalam urusan ini pasti jauh lebih paham," kataku kepada TS yang saat itu tengah berdiri di sampingnya.

TS melempar senyum. Penulis menyambutnya dengan tawa. Lantas, kami sama-sama tertawa karena perkenalan yang berujung cepat menjadi akrab.

Kini, berita kepulangan TS ke pangkuan Illah pada Selasa (3/9) sungguh mengagetkan penulis. Ada satu keyakinan bahwa keteladanan TS dalam keseharian yang kemudian diabadikan untuk dunia tulis menulis akan memberi inspirasi bagi generasi berikut.

Selamat jalan Bang TS.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun