"Insya Allah buku kroyokan ini dapat naik cetak," kata TS.
Lalu, penulis tanya lagi. Udah diperiksa, belum naskahnya?
TS lalu menjelaskan, tulisannya sudah laik naik cetak.
**
Mengapa?
Ketika penulis perhatikan ia sangat akrab dengan nara sumber, seperti penulis novel Fanny Jonathan Poyk.
"Pak Thamrin belakangan saja bertanyanya, ya?" pinta Fanny ketika TS mengacungkan tangan untuk dicatat dirinya sebagai penanya berikutnya.
"Bapak dalam urusan ini pasti jauh lebih paham," kataku kepada TS yang saat itu tengah berdiri di sampingnya.
TS melempar senyum. Penulis menyambutnya dengan tawa. Lantas, kami sama-sama tertawa karena perkenalan yang berujung cepat menjadi akrab.
Kini, berita kepulangan TS ke pangkuan Illah pada Selasa (3/9) sungguh mengagetkan penulis. Ada satu keyakinan bahwa keteladanan TS dalam keseharian yang kemudian diabadikan untuk dunia tulis menulis akan memberi inspirasi bagi generasi berikut.
Selamat jalan Bang TS.