Mohon tunggu...
Dwi Noer
Dwi Noer Mohon Tunggu... lainnya -

" Learn and Grow "

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

62 % Remaja SMP & SMA tidak Perawan, Cukupkah Sekedar Ucapan Prihatin dari Kita?

4 Mei 2013   07:25 Diperbarui: 4 April 2017   17:47 35737
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13676269451940492973

[caption id="attachment_258919" align="aligncenter" width="300" caption="Hindari Pergaulan Bebas..."][/caption]

Hasil survey yang dipublikasikan oleh Komisi Perlindungan Anak (KOMNAS-PA) di tahun 2012 lalu sungguh membuat mata kita semakin terbuka. Suatu indikasi yang menunjukkan bahwa pergaulan remaja dewasa ini sudah berada pada tingkat 'darurat’.

Bagaimana tidak, berdasarkan hasil survey terungkap bahwa 62,7 % remaja SMP/SMA mengaku sudah pernah melakukan hubungan seks pranikah, alias sudah tidak perawan. Yang lebih mencengangkan lagi adalah bahwa 21,2 % dari siswi-siswi tersebut mengaku pernah melakukan aborsi secara illegal.

KOMNAS-PA menyatakan survey tersebut dilakukan di 17 kota besar di Indonesia. Dengan jumlah responden sekitar 4700 remaja yang berada pada jenjang pendidikan SMP hingga SMA.

Saya terpaku cukup lama saat membaca berita ini. Fenomena apa lagi ini. Sudah sebegitu parahkah kondisi remaja kita. Remaja yang seharusnya mengisi hari-harinya dengan menuntut ilmu sebaik mungkin, justru sekarang banyak yang terjebak dalam lingkaran pergaulan tanpa kontrol. Pergaulan yang tidak membuat mereka bertambah dewasa, namun justru membuat mereka beradegan dewasa sebelum waktunya.

Di lain pihak, ada juga beberapa orang dan organisasi yang meragukan kebenaran hasil survey tersebut. Diantaranya mereka menyatakan bahwa kondisi kota-kota yang dijadikan sampel survey tidaklah mewakili kondisi remaja Indonesia secara keseluruhan.  Ada juga yang menanyakan metode teknis pelaksanaan survey seperti apa. Apakah tingkat kejujuran responden bisa dipertanggungjawabkan dan seterusnya.

Begitu juga dengan saya. Saya juga berharap bahwa kondisi yang sebenarnya tidaklah seperti itu. Namun jika mau jujur, Lihatlah di sekeliling kita?  Coba perhatikan, saat kita melintas di taman hiburan, atau ketika menonton sebuah film di bioskop. Pasti dengan mudah kita jumpai pasangan muda-mudi di sana. Yang lebih parah lagi, jika ada yang hobi mojok dan berpacaran di tempat-tempat gelap.  Dan jika sudah demikian, rasanya tak perlu lagi diceritakan apa yang akan mereka lakukan. Sungguh terlalu…

Jika melihat kondisi-kondisi tersebut, yang saya takutkan adalah justru jika hasil survey tersebut hanyalah sebuah penampakan fenomena gunung es belaka. Suatu hasil yang hanya kelihatan di permukaan. Tetapi sesunguhnya yang ada di bawahnya dan masih tersembuyi justru lebih besar dari yang ada di permukaan. Ini tentu saja yang tidak kita harapkan.

Lalu, apa yang bisa kita lakukan untuk memperbaiki kondisi tersebut…???

~Cukupkah sekedar ucapan prihatin yang keluar dari mulut kita.

~Atau kita mengatakan, ini tanggung jawab guru dan sekolah yang tidak bisa memberi perlindungan dan pengajaran yang baik kepada siswa-siswinya.

~Atau, ini merupakan efek negativ dari perkembangan teknologi serta lemahnya pengawasan dan kontrol orang tua.

~dan beragam alasan lain….

Bukan, ini bukanlah waktu yang tepat untuk mencari siapa yang benar ataupun salah. Toh mencari kambing hitam tidak akan merubah apapun yang sudah terjadi. Kita mungkin hanya bisa memperbaiki yang belum dan yang akan terjadi.

Lalu bagaimana caranya???

Bagaimana jika mulai dari hal terdekat yang kita bisa, melalui TULISAN….

Saya percaya banyak orang-orang hebat di sini, di Kompasiana. Orang-orang yang masih peduli akan nasib dan masa depan remaja-remaja bangsa ini. Melalui merekalah saya berharap. Perbaikan bangsa ini tidak hanya bisa dilakukan melalui panggung politik dan birokrasi. Kita juga bisa turut serta dalam perbaikan bangsa dengan ikut ‘menyelamatkan’ generasi muda. Karena di tangan pemuda-pemudi lah  kelak bangsa ini berharap.

__Mengutip tulisan Ustadz Felix Siauw, ada satu pesan untuk pemudi dan remaja-remaja putri, yang mungkin perlu diingat dan ditanamkan dengan kuat dalam hati :

Ingatlah bahwa lelaki itu dipilih  karena masa depannya, sementara wanita dipilih dengan masa lalunya….

Saat kehormatan sudah direnggut, wanita kalang kabut. Sementara laki-laki bisa sewaktu-waktu kabur tanpa kehilangan kehormatan apapun…

Kompasianers yang saya hormati, mari bersama lakukan yang sanggup kita lakukan. Setidaknya melalui tulisan. Tulislah mengenai apa saja yang mungkin bemanfaat bagi remaja dan pemuda-pemudi kita.

Agar mereka tidak semakin jauh dengan pergaulan bebasnya,  agar mereka tidak semakin terlena dengan kenikmatan sesaat masa remaja yang berujung petaka.

Jika sebuah tulisan mampu mengubah dunia, saya yakin tulisan Anda juga bisa mengubah masa depan remaja-remaja bangsa.

Semoga,

Salam…

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun