Mohon tunggu...
Don Zakiyamani
Don Zakiyamani Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Kopi Senja

personal web https://www.donzakiyamani.co.id Wa: 081360360345

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Listrik Padam, Berbahagialah

6 Agustus 2019   09:27 Diperbarui: 6 Agustus 2019   09:34 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagi teman-teman Jakarta dan Jawa yang diberi cobaan padamnya listrik, semoga bersabar. Bagi kami di luar pulau Jawa, wafatnya listrik bukan hal yang luar biasa sehingga genset sudah harus siap siaga. Tentu saja bagi yang ekonomi menengah ke atas, sementara ekonomi ke bawah hanya bisa membeli lilin.

Bahkan di bulan Ramadan saat sedang masak sahur listrik padam tiba-tiba. Silakan bayangkan sendiri, ketika diburu waktu untuk sahur listik padam. Makan sahur ditemani lilin atau lampu tradisional lainnya. Lalu harus marah? sudah habis kemarahan kami karena listrik padam ibarat hobi. Maka kami mencoba bahagia.

Hasilnya bagus. Merasa bahagia ketika listrik padam memang butuh latihan. Tidak bisa sehari-dua hari. Ada proses yang harus dijalani. Meski sulit namun tetap yakin akan berhasil. Beberapa keuntungan yang dapat kita raih ketika listrik padam di antaranya interaksi dengan sesama secara langsung dapat terjalin kembali.

Sebagaimana kejadian di Jakarta dan Jawa, padamnya listrik juga diikuti sulitnya jaringan internet. Artinya kita diajak meninggalkan sejenak dunia maya dan kembali ke dunia nyata. Saatnya meletakan handphone, tab dan laptop. Kembalilah berinteraksi langsung dengan orang-orang sekitar.

Bukankah selama ini terlalu sering kita mengabaikan orang-orang sekitar karena sibuk berinteraksi dengan benda-benda penyihir itu? Bukankah benda-benda itu telah berhasil membuat hubungan kita dengan sekitar cukup renggang? Lalu kembalilah pada orang sekitar dan tinggalkan benda-benda yang bergantung pada daya listrik.

Selain itu, padamnya listrik harus membuat kita semakin kreatif. Ada begitu banyak sumber cahaya tradisional yang sudah lama kita tinggalkan, misalnya obor atau lampu teplok. Banyak generasi kiwari yang hanya mengenal lewat tv atau internet, padamnya listrik merupakan sarana mengajarkan kepada generasi kiwari akan sumber cahaya selain listrik.

Padamnya listrik, apalagi di malam hari malah membuat tidur nyenyak. Tentu saja yang tak terbiasa malah kesulitan tidur. Namun cobalah tidur, toh penggangu kita sudah kehabisan baterai. Jadi malam hari dapat lebih cepat tidur, tidak diganggu dengan handphone dan kawan-kawan.

Bagi dunia usaha yang bergantung pada listrik, sebaiknya sudah wajib menyiapkan alternatif sumber listrik. Jangan terlalu bergantung pada PLN. Manusia diciptakan untuk survive, tidak ada istilah padamnya listrik akan mematikan kreatifitas. Dunia usaha harus lebih siap lagi ke depannya. 

Hal lain yang bisa dilakukan ketika listrik padam ialah ngopi bareng teman-teman. Pastinya benar-benar ngopi bukan ngopi sambil bermain handphone. Sama seperti di awal tulisan, guna menjaga interaksi dengan sesama termasuk teman kantor bahkan bos kantor. Melalui hubungan informal akan terbentuk ikatan emosional yang bermanfaat bagi kinerja tim. 

Sebenarnya masih banyak lagi yang dapat kita lakukan ketika padam listrik. Setidaknya kita diajak menyelami suasana di masa lalu bedanya hari ini gedung-gedung mentereng di depan kita. Anggap saja itu ibarat bukit dan gunung di masa lalu. Dan ternyata kita dipaksa meninggalkan kebiasaan dan rutinitas. Sulit? jelas sulit sekali. Pelan-pelan saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun