Dulu memang koleksi perpustakaan berbentuk buku atau bahan-bahan cetakan lain, seperti koran dan majalah. Namun, kertas tidak mampu bertahan lama. Ada saja masalahnya, seperti bolong-bolong kena kutu buku atau rayap. Bahkan rapuh dengan sendirinya karena kualitas bahan pembuatan kertas.
Maka untuk melestarikan bahan pustaka, dibuatlah klise-klise sehingga menghemat tempat. Klise-klise ini disebut film mikro dan harus dibaca dengan alat khusus. Dulu film mikro berbentuk kotak dan tiap lembarnya hanya memuat beberapa frame. Namun dengan perkembangan teknologi, klise-klise itu bisa berbentuk gulungan sehingga memuat banyak frame.
Menurut petugas, jika terjadi bencana kebanjiran, klise-klise itu mudah dibersihkan. Jadi data yang ada di dalamnya sangat aman. Gulungan klise itu juga ditaruh di dalam kertas alumunium yang kedap udara. Ini yang menjadikan aman juga dari bahaya lain.
Peran konservator sangat besar karena mereka bertugas merawat koleksi. Selain di Perpustakaan Nasional, konservator juga ada pada museum. Tentu saja keahlian konservator disesuaikan dengan bahan-bahan koleksi. Kalau koleksi perpustakaan berbahan kertas, koleksi museum berbahan batu, logam, dan kayu.