Setelah mendarat kembali di Tanjung Kelayang, kami menuju Tanjung Tinggi, tempat shooting film Laskar Pelangi yang sudah melegenda itu. Konon, di tempat inilah kami bisa menyaksikan matahari tenggelam yang indah mempesona. Ternyata di Tanjung Tinggi terdapat sangat banyak batu sebesar gajah, bahkan sebesar rumah. Ada Batu Bebek, Batu Bakpau, Batu Belah, dan lain-lain. Matahari pun terbenam, tidak sepenuhnya kami saksikan sampai betul-betul tenggelam karena ada awan gelap yang menyelimuti menjelang peraduannya. Sebuah peristiwa kecil terjadi disini. Kacanata Vivi, milik tour leader kami, adiknya Maya, terjatuh ke lubang batu besar. Untung ada Bang Yanto yang sigap, yang mampu meraih kacamata tersebut dari sela-sela lubang batu tersebut.
Atas rekomendasi Johanes, kami makan malam di Rumah Makan Belitong Timpo Duluk, sebuah restoran yang menyajikan makanan khas Belitung yaitu Nasi Bedulang, yang disajikan diatas sebuah nampan yang ditutup oleh sebuah tudung saji berwarna merah. Isi nampan tersebut adalah gangan, sop kepala ikan khas Belitung, sate ikan tengiri, oseng-oseng, dan lalapan sambal sereh. Masakan ini disediakan untuk empat orang atau lebih. Konon resep makanan ini sudah ada sejak tahun 1918 yang disajikan khusus untuk makan bersama dengan keluarga terdekat.
Tibalah kami pada hari ketiga, hari terakhir di Belitung yang indah. Obyek yang kami kunjungi adalah minum kopi di Warung Kong Jie sekalian beli kopi bubuk dengan merk yang sama, yang konon sudah terkenal sejak dahulu kala. Kunjungan berikutnya adalah rumah adat Belitung. Ternyata rumah adat ini adalah replika rumah adat milik bangsawan tang ditandai dengan anak tangga berjumlah sembilan, status yang paling tinggi. Rumah adat di kampung milik penduduk biasa memiliki hanya tiga anak tangga.Â
Di Rumah Adat ini terdapat foto-foto sejarah Belitung berikut peninggalan bekas raja Belitung lengkap dengan segala perlengkapannya. Sebelum meninggalkan Belitung, kami sempat mengunjungi Danau Kaolin, sebuah danau bekas tambang timah yang berisi air kebiru-biruan yang pernah disebut sebagai Telaga Biru. Kaolin yang dikandung di sekitar Danau ini menjadi bahan baku untuk pembuatan keramik.
Sungguh Belitung yang indah. Sungguh rumah Ahok yang Sendu. Sungguh Belitung yang sedang menggeliat, menatap masa depan yang lebih cerah. Sungguh Belitung yang perlu gedung bioskop untuk menghibur penduduknya. Sungguh Belitung yang perlu tangan-tangan bersih untuk mengelolanya .......