Mohon tunggu...
Dianisa Rizkika
Dianisa Rizkika Mohon Tunggu... Wiraswasta - Sedang belajar menulis

Anak teknik yang gemar minum kopi dan bercita - cita menjadi pegiat literasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Simalakama Wajah Pendidikan Saat Ini

22 Maret 2018   20:53 Diperbarui: 22 Maret 2018   21:02 1199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pentingnya Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa (Sumber : http://www.antonioneves.org/)

Dilema merosotnya pendidikan moral, nilai budaya dan karakter bangsa di Indonesia yang sudah jauh sekali dari tujuan pendidikan nasional menjadi tantangan tersendiri bagi para guru. Dari waktu ke waktu guru dengan gaya mereka memberikan hukuman semata - mata hanya agar siswanya jera dan tidak mengulangi perbuatan tersebut. Tidak ada maksud jahat dibaliknya, karena pastinya seorang guru tetap berpegang teguh dengan kode etik guru.

Menghukum siswa yang nakal memang diperlukan asalkan tidak berlebihan dan tidak melukai fisik siswa tersebut. Tidak seharusnya seorang siswa tidak menggubris teguran guru dan malah melaporkan hal tersebut kepada orang tua. Orang tua pun tidak sepantasnya menerima mentah - mentah informasi dari anak dan kemudian main hakim sendiri kepada guru yang menegur anaknya. Percayalah bahwa setiap guru mempunyai metode tersendiri untuk menjalankan tugasnya dengan baik.

Persoalan pendidikan di Tanah Air bukan terletak pada model kurikulum apa yang diterapkan, melainkan bertumpu pada peran guru. Guru memainkan peran dalam menciptakan pembelajaran yang 'hangat' agar dapat diserap dengan mudah oleh para siswa. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan akan membuat sejumlah program kegiatan yang fokus pada penguatan profesionalitas dan kompetensi guru karena disadari guru merupakan kunci dalam upaya peningkatan mutu pendidikan. Tidak hanya itu, meningkatkan peran Bimbingan Konseling (BK) di sekolah - sekolah juga tidak kalah penting untuk menghindari kasus siswa yang menyimpang.

Urgensi Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa (Sumber : https://salamislam.com)
Urgensi Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa (Sumber : https://salamislam.com)
Menilik Urgensi Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa

Kurikulum pendidikan di tanah air  belakangan ini kerap kali berubah dan bergantung pada keputusan pemerintah. Pasalnya, tiap berganti kabinet maka biasanya diikuti dengan perubahan terhadap kebijakan pendidikan di Tanah Air. Tidak hanya itu, perubahan yang terjadi ujung - ujungnya berdampak pada siswa, guru, dan sekolah. Salah satu berita hangat seputar aturan terbaru yang menuai banyak pro dan kontra berkaitan dengan jam sekolah. Jam sekolah selama 40 jam (lima hari) untuk semua sekolah akan diterapkan secara nasional secara bertahap pada tahun ajaran baru 2017/2018, untuk 'penguatan karakter anak'. Walaupun digadang-gadang perubahan jam sekolah ini bukan menambah jam belajar dan kurikulumnya, melainkan memaksimalkan kegiatan positif dalam lima hari sekolah.

Apakah karena maraknya kasus penurunan 'moral' siswa yang menyebabkan pemerintah 'melek' dan pada akhirnya menggalakkan pendidikan karakter di berbagai jenjang sekolah? Sepertinya memang benar, pendidikan karakter menjadi benteng terakhir sebagai pergerakan pendidikan yang mendukung pengembangan sosial, pengembangan emosional dan pengembangan etika para siswa 'jaman now'.

Oleh sebab itu, pada tahun 90-an ada mata pelajaran yang dinamakan dengan PMP (Pendidikan Moral Pancasila), yang pada hakikatnya mengarahkan peserta didik agar mempunyai moral atau akhlak yang sesuai dengan kaidah Pancasila. Pendidikan karakter seperti apa yang perlu diberlakukan di Indonesia saat ini? Apakah perlu diterapkan PMP atau tidak seperti di era 90-an?

Terlepas dari itu semua, pendidikan karakter hakikatnya untuk membentuk manusia Indonesia yang bermoral, beretika dan berakhlak. Beban tugas guru akan menjadi lebih mudah jika hanya menjadikan siswanya sekedar pintar daripada membuat siswanya menjadi anak yang baik dan berkarakter. Guru yang hebat adalah guru yang dapat menciptakan siswa dengan paket lengkap yakni siswa yang pintar dan berkarakter baik. Karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat.

Tidak hanya pendidikan karakter yang penting dimiliki oleh siswa, pendidikan budaya pun juga memiliki andil agar siswa dapat menerapkan tata karma dan sopan santun sesuai dengan budaya yang mengakar di Indonesia. Kunci sukses pendidikan budaya dan karakter bangsa ini adalah penguatan aktor pendidikan. Lalu siapa saja yang tergolong aktor pendidikan? Aktor pendidikan yang dimaksud adalah guru, kepala sekolah, pengawas, orang tua, dan siswa itu sendiri. Para aktor pendidikan harus bekerjasama dan sinergis demi tercapainya upaya untuk mencerdaskan bangsa anak bangsa.

Mari kita renungi kembali, sadarkah bahwa kini penerus bangsa sudah mulai kehilangan arah dan tujuan? Mungkinkah sudah hilang jati diri bangsa yang dikenal sangat kental? Di titik inilah pendidikan budaya dan karakter bangsa harus digalakkan kembali. Dalam pengembangannya, pendidikan budaya dan karakter bangsa harus memegang teguh pada prinsip berkelanjutan dan menggali nilai - nilai dasar yang menjadi pondasi maupun sumber nilai bangsa itu sendiri agar jati diri bangsa tidak hilang. Maka, nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa dapat diidentifikasi dari:

Pertama, agama. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat beragama. Oleh karena itu kehidupan individu, masyarakat, dan bangsa selalu didasari pada ajaran agama. Secara politis kehidupan kenegaraan pun didasari pada nilai-nilai yang berasal dari agama. Atas dasar pertimbangan itu maka nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa harus didasarkan pada nilai-nilai dan kaedah yang berasal dari agama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun