Jam dan tempat kerja yang saklek juga dianggap hal yang tak menyenangkan bagi kalangan milenial. Mereka lebih suka tempat yang tak terlalu formal seperti working space dan bekerja kapan saja.Â
Aku tak tahu apakah masalah jam kerja ini memang lebih fleksibel di sana. Kalau untuk pekerja TI yang selama ini kulihat dari pengalamanku dan teman-temanku memang sulit jika dibatasi oleh waktu. Aku melihat ada banyak jenis manusia 'kalong" di ranah TI. Mereka lebih suka datang siang hari tapi kemudian betah bekerja di kantor hingga kadang-kadang baru pukul 21.00 atau hingga tengah malam mereka baru pulang.Â
Bekerja di dunia 'start up' juga dianggap lebih menghargai ide, bisa bekerja secara kolaboratif dan relatif setara. Oleh karena usianya relatif masih muda, berkisar 35 tahun ke bawah maka suasana lebih cair. Tidak ada yang merasa jauh lebih senior dan ingin dihormati, sehingga gap antara senior dan junior tidak seperti yang dijumpai di lingkungan pekerjaan seperti PNS.Â
Kami di sini sih bekerjanya seperti bermain. Suasananya santai,yang penting kami produktif dan menghasilkan output, ujar salah satu penjaga stan yang bekerja di sebuah 'start up' beken.Â
Meskipun bekerja di sebuah 'start up' terasa menyenangkan namun ada juga yang menganggap bekerja di sana memiliki unsur ketidakpastian. Kalau yang masih muda sih tak apa-apalah mencari pengalaman sebanyak mungkin, ujar kawanku yang kenyang pindah-pindah pekerjaan. Tapi dengan ketatnya persaingan bisnis bisa jadi 'start up' tempat kita bekerja bangkrut dan muncul 'start up' baru.Â