Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Kawah Ijen Kini, Penambang Belerang Punya Pekerjaan Sampingan

23 Oktober 2018   13:48 Diperbarui: 23 Oktober 2018   22:36 1547
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sisi belakang gersang, sisi depan begitu hijau (dokpri)

Ada beragam benda kerajinan dari belerang, bisa dibuat buah tangan (dokpri)
Ada beragam benda kerajinan dari belerang, bisa dibuat buah tangan (dokpri)
Untuk sekali turun, pengunjung dikenakan Rp 150-200 ribu. Jika berat badannya ringan satu troli bisa diisi dua orang. Namun untuk naik ke puncak maka tarifnya bisa empat kali lipat.

Pasalnya, perlu tenaga sekitar 3-4 penambang untuk membantu menarik dan menahan troli tersebut. Hahaha tarifnya sama dengan tiket pesawat Jakarta ke Banyuwangi sekali jalan. Tapi memang perlu tenaga ekstra untuk mengangkut pengunjung hingga ke atas.

Aku pikir rasanya kurang mantap jika ke gunung tapi dengan metode angkut, tidak dengan berlelah-lelah ke puncak dengan kaki sendiri. Tapi ternyata sebagian pengunjung berpikiran lain. Mungkin karena sudah merasa jauh-jauh ke Banyuwangi, sayanglah kalau tak ke Kawah Ijen. Namun, apa daya tenaga tidak prima.

Ketika aku turun, aku melihat beberapa pengunjung nampak was-was ditarik dan didorong penambang hingga ke puncak. Wah kayaknya lebih seram naik dengan troli, sensasinya gimana gitu. Kalau dari segi tenaga yang dikeluarkan pengunjung, naik troli ini kesannya di bawah jasa naik kuda yang banyak ditawarkan di Bromo.

Menurutku ide bisnis ini sama-sama menguntungkan, baik di pihak penambang maupun pengunjung. Penambang dapat tambahan penghasilan dan pengunjung bisa tetap ke puncak tanpa banyak tenaga.

Yuk naik troli, tinggal duduk bisa langsung ke puncak (dokpri)
Yuk naik troli, tinggal duduk bisa langsung ke puncak (dokpri)
Untunglah ada troli. Lima tahun dulu aku juga pernah melihat seorang penambang membantu pengunjung seorang perempuan tua dengan menggendongnya dari belakang.


Ada pula yang dengan sabar memapah seorang pengunjung menuju puncak dan kembali ke pos awal pendakian. Ya...ya...ya ada banyak cara menuju Kawah Ijen, bergantung pada kemampuan dan juga ketebalan dompet.

Usaha jasa angkut dengan troli ini dirasa menguntungkan bagi kaum penambang. Menjadi penambang belerang masih termasuk salah satu pekerjaan yang berbahaya. Selain ancaman gas belerang, juga ada ancaman gas beracun.

Biasanya penambang mampu membawa hingga 100 kilogram belerang setiap harinya. Mereka berjalan sekitar 10 kilometer bolak balik dengan jalanan yang menguras tenaga.

Untuk pekerjaan yang berat itu mereka mendapat upah yang tak sepadan. Satu kilogram belerang hanya dihargai sekitar Rp 1.200,-. Pekerjaan ini juga tak selalu ada karena beberapa kali Kawah ijen ditutup karena mengeluarkan gas beracun atau terjadi gempa vulkanis.

Sekilonya hanya Rp 1.200,- padahal pekerjaan menambang belerang ini berbahaya (dokpri)
Sekilonya hanya Rp 1.200,- padahal pekerjaan menambang belerang ini berbahaya (dokpri)
Musim Hujan Memang Kurang Nyaman untuk Ke Puncak
Lima tahun lalu aku ke Kawah Ijen sendirian. Saat itu bulan September dan cuaca sedang cerah, sehingga teman-teman yang baru melakukan pendakian cukup banyak. Beberapa hari Banyuwangi tanpa hujan. Pendakian berjalan lancar, sekitar dua jam berikutnya aku sudah tiba di puncak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun