Mohon tunggu...
Muhammad Dendy
Muhammad Dendy Mohon Tunggu... Seniman - menulis adalah obat hati

"saya adalah orang yang selalu ingin belajar dan selalu ingin mengembangkan segala potensi yang ada dalam diri saya"

Selanjutnya

Tutup

Politik

Makna dari Langkah "Premature" Jokowi Tatap Pilpres 2019 Serta Dampak Politik bagi Jokowi

9 September 2017   12:51 Diperbarui: 10 September 2017   02:18 3133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jokowi Minta Relawan Mulai Kampanye 2019. Sumber : Tribunnews.com

Berdasarkan angka elektabilitas Jokowi pada hasil Survey Litbang Kompas diatas. Tentu memiliki kemiripan dengan elektabilitas Ahok yang berada diangka 40-42 persen. Menurut dari analisa saya berdasarkan hasil survey valid yang dibuat oleh kompas tersebut.

Angka 40-42 persen dari elektabilitas Jokowi tersebut mirip sekali dengan dengan elektabilitas Ahok pada masa akhir kampanye putaran pertama Pilkada DKI 2017 lalu. Mungkinkah suara Ahok pada Pilkada DKI 2017 akan menjadi sampel suara Jokowi pada Pilpres 2019 mendatang?

Jika saya diberikan kesempatan untuk menjawab, mungkin saja. Karena suara jokowi pada Pilkada DKI 2012 lalu ada di angka 53 persen. Sedangkan Foke-Nara ada diangka 43 persen. Hasil tersebut berbanding lurus pada Pilpres 2014. Dimana Jokowi-JK ada diangka 53 persen. Dan Prabowo-Hatta 47 persen.

Jakarta adalah Indikator Nasional sehingga bisa saja hasil suara Pilkada DKI 2017 Menjadi cermin atau sampel dari hasil akhir Pilpres 2019. Karena Jakarta adalah gambaran dari prural dan Bhinekanya masyarakat Indonesia. Mungkin sebab inilah yang membuat banyak pengamat politik menyebut Pilkada DKI adalah barometer pemilu nasional.

Sehingga dengan angka elektabilitas Jokowi yang mentok diangka 40-42 persen tersebut. tentu angka yang sangat rawan. Apalagi jika sudah ada deklarasi resmi dari para capres penantang. Yang tentu saja bukan hal yang tidak mungkin akan membuat tergerus atau terpolarisasinya suara rakyat ke calon-calon penantang tersebut. Karena berkaca dari Pilkada DKI 2017 lalu, jika penantang secara resmi telah keluar. Maka itulah awal dari polarisasi suara, yang bisa berujung tergerusnya suara calon pertahana. Dalam hal ini Jokowi sebagai Capres Pertahana.

Maka dari itu angka 60 persen bagi calon pertahana agar bisa berkuasa kembali, adalah ukuran kemenangan kedepannya. Bahkan jika perlu tahap yang paling aman adalah angka 70 persen seperti elektabilitas SBY sebelum Pilpres 2009. Mengapa saya bilang harus diangka 70 persen? Belajar dari kasus Ahok, elektabilitas Ahok 60 persen pada 2015 pun tidak menentukan Ahok bisa menang mudah.

Sedangkan elektabilitas SBY menjelang Pilpres 2019 mencapai angka 70 persen. Dan ketika Pilpres 2009 berlangsung, angka elektabilitas SBY tercatat sebesar 60 persen. Itu berarti ada penurunan 10 persen dari hasil survey, meskipun SBY menang mutlak diangka 60 persen dikala itu.

Jokowi sepertinya sudah merasa elektabilitasnya tidak senyaman SBY pada menjelang Pilpres 2009 lalu. Sehingga dengan manuver politik Jokowi yang menginginkan para relawannya mulai bergerak untuk Pilpres 2019 mulai dari sekarang. Adalah ingin memastikan bahwa mesin politiknya harus bekerja lebih awal. Untuk menggenjot elektabilitas Jokowi yang mentok diangka 40-42 persen tersebut.

Tentunya dengan mulai bekerja lebih awalnya mesin Politik Jokowi tersebut. Maka dengan jarak waktu yang lebih dari setahun, bisa menggenjot elektabilitas Jokowi untuk lebih naik secara drastis lagi. Karena tentu saja Jokowi tidak ingin kejadian kekalahan Ahok berulang pada dirinya. Dikarenakan lamban dan tidak efektifnya mesin Politik parpol pendukung Ahok dikala itu. Meskipun Ahok memiliki relawan teman Ahok. Bahkan pada Pilkada DKI 2017 lalu banyak pendukung Jokowi yang tidak memilih Ahok.Sehingga Jokowi sudah mewanti-wanti hal tersebut.

Akan tetapi disamping antisipasi dini Jokowi yang ingin lebih awal menggerakkan mesin Politiknya. Ada hambatan yang justru akan menghambat Jokowi sendiri pada Pilpres 2019 mendatang. Hambatan tersebut adalah, dengan deklarasi dini Jokowi tatap Pilpres 2019. Tentunya akan memancing para calon-calon penantang Jokowi untuk keluar menuju panggung Politik Pilpres 2019.

Dengan momentum langkah dini Jokowi untuk tatap Pilpres 2019. Bagaikan momentum bagi calon-calon Presiden alternatif penantang Jokowi. Selain Prabowo yang sudah hampir pasti menjadi penantang Jokowi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun