Mohon tunggu...
Marlistya Citraningrum
Marlistya Citraningrum Mohon Tunggu... Lainnya - Pekerja Millennial

Biasa disapa Citra. Foto dan tulisannya emang agak serius sih ya. Semua foto yang digunakan adalah koleksi pribadi, kecuali bila disebutkan sumbernya. Akun Twitter dan Instagramnya di @mcitraningrum. Kontak: m.citraningrum@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Tanggal 4 November Gak Melulu Tentang Demo

2 November 2016   17:29 Diperbarui: 3 November 2016   11:02 1474
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar: globalvideopros.com

Saya menantikan tanggal 4 November 2016 karena alasan khusus. Pada tanggal ini sebuah kesepakatan yang dibuat bersama, diyakini bersama, ditandatangani bersama; akan diterapkan dalam lingkup yang luas. Kesepakatan ini akan mempengaruhi banyak orang, banyak pihak, banyak aspek kehidupan.

Tanggal 4 November 2016 nanti, Kesepakatan Paris (Paris Agreement) akan berlaku (enter into force). Paris Agreement adalah kesepakatan atas Konvensi Kerja PBB tentang perubahan iklim. Isinya sederhana saja: dunia bersepakat untuk menghentikan pemanasan suhu global hingga tak lebih dari 2 derajat celcius dari level era pra-industri, dan jika bisa, 1,5 derajat Celcius saja.

Iya, membicarakan perubahan iklim terasa tidak seksi dan tidak heboh seperti membicarakan pilkada. Tapi perubahan iklim adalah sesuatu yang nyata, tak lagi perkiraan, tak lagi asumsi.

Perubahan Iklim: Bukan Urusan Kita?

Istilah perubahan iklim sendiri sebenarnya self explanatory. Iklim berubah, itu saja maksudnya. Tapi bagaimana kita tahu, apa dampaknya, apa yang bisa kita lakukan untuk menghadapinya; itu tak semua bisa memahami. Perubahan iklim paling dirasakan dampaknya oleh mereka yang berkerja dengan mengandalkan musim, misalnya petani dan nelayan. Para petani di Nusa Tenggara Timur kini kesulitan menentukan waktu pengolahan lahan. Kemarau menjadi sangat panjang dan efeknya merambat: air sulit, masa tanam bergeser, masa panen terlambat. Para nelayan di Maluku juga mengalami kesulitan memperkirakan waktu dan tempat melaut. Gelombang menjadi tinggi dan cuaca tak menentu. Puncak Jayawijaya yang dikenal dengan salju abadinya, sudah cukup lama diperkirakan tak akan abadi lagi.

Bukti-bukti perubahan iklim ini sudah banyak, mulai dari kenaikan permukaan laut, pemanasan suhu global, berkurangnya lapisan es, kejadian-kejadian cuaca yang ekstrim, hingga kenaikan tingkat keasaman air laut.

Perubahan iklim ini ditengarai karena kenaikan gas rumah kaca (GRK), salah satunya karbon dioksida. Semakin banyaknya emisi GRK di bumi adalah penyebab naiknya suhu global. Kabar buruknya, kegiatan yang berhubungan dengan manusia (antropogenik) adalah penyebab utamanya. Kontribusi yang besar salah satunya adalah pembakaran bahan bakar fosil. Ini bukan hanya soal kendaraan bermotor; ini juga soal energi, misalnya listrik. Ya, listrik. Nyala lampu terang yang kita nikmati setiap hari, gawai yang baterainya penuh, hingga treadmill yang kita pakai di gym; semuanya perlu listrik. Kebanyakan pembangkit listrik yang ada di dunia (dan terutama Indonesia) menggunakan bahan bakar fosil (minyak bumi dan batu bara).

Jadi ya, kita manusia yang suka songong ini, adalah tersangka penyebab utama pemanasan global. Jadi mungkin kita belum terdampak perubahan iklim selayaknya para petani di Nusa Tenggara Timur atau nelayan di Maluku; namun kita berkontribusi pada perubahan iklim yang terjadi, no matter how small. Satu jam menyalakan televisi setara dengan emisi karbon dioksida sebesar 111 gram. Satu jam menggunakan ponsel pintar setara dengan emisi karbon dioksida sebesar 5,35 gram. Satu botol air kemasan itu punya emisi juga, setara dengan 842 gram emisi karbon dioksida. Kecil dibanding dengan emisi global yang jumlahnya sampai gigaton? Kalikan saja dengan jumlah manusia yang ada di bumi ini.

Ngomong-ngomong, Indonesia adalah salah satu negara penyumbang emisi GRK terbesar di dunia, lho.

Lalu Bagaimana?

Dulu, meski tak jauh-jauh amat dari sekarang, perubahan iklim itu dianggap mitos, asumsi, atau sesuatu yang wajar terjadi. Katanya bumi sejak dulu mengalami siklus perubahan iklim, jadi tak perlu khawatir dengan sedikit pemanasan. Hanya saja bukti-bukti yang dikumpulkan banyak pihak terkait fenomena perubahan iklim ini mengerucut pada satu hal: faktor manusia sangat dimungkinkan memiliki peranan besar.

Maka banyak negara bersepakat bahwa isu perubahan iklim ini adalah persoalan global dan harus dihadapi secara global juga, dengan skala besar. Muncullah Paris Agreement, sebuah kesepakatan yang prosesnya panjaaaaaang. Yap, sudah dimulai sejak 20 tahun lalu, dengan ketidaksetujuan di sana sini karena mengurangi pemanasan global berarti membatasi kegiatan bakar-bakar bahan bakar fosil, sama dengan membatasi kegiatan manusia, yang akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi pula. Benar, persetujuan ini adalah persetujuan untuk mengurangi emisi GRK.

Tapiiii, Desember tahun lalu, akhirnya Paris Agrement diadopsi pada pertemuan UNFCC COP 21 di Paris (ya iyalah, kelihatan dari namanya). Targetnya jelas, dan negara-negara yang nanti berkomitmen pada kesepatakan ini harus memiliki rencana dan target yang jelas pula. Untuk membuat Paris Agreement ini diterapkan secara global, dua proses selanjutnya diperlukan: penandatanganan dan ratifikasi (penerimaan). Proses penandatanganan Paris Agreement dimulai pada 22 April 2016. Setelah sebuah negara menandatangani kesepatakan ini, selanjutnya mereka akan mengumpulkan 'dokumen' sebagai bukti penerimaan/ratifikasi. Ratifikasi ini sendiri memerlukan persetujuan nasional, karena akan mempengaruhi kebijakan domestik sebuah negara. DPR, pada tanggal 19 Oktober lalu, menyetujui UU terkait ratifikasi Paris Agreement.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun