Mohon tunggu...
Marlistya Citraningrum
Marlistya Citraningrum Mohon Tunggu... Lainnya - Pekerja Millennial

Biasa disapa Citra. Foto dan tulisannya emang agak serius sih ya. Semua foto yang digunakan adalah koleksi pribadi, kecuali bila disebutkan sumbernya. Akun Twitter dan Instagramnya di @mcitraningrum. Kontak: m.citraningrum@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Listrik Surya? Mau Pake Sih, tapi...

7 Agustus 2019   14:23 Diperbarui: 7 Agustus 2019   17:36 1740
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Instalasi listrik surya atap di sebuah rumah di Depok, Jawa Barat | dokpri

Saat ditanya mengenai faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi keputusan mereka untuk membeli dan menggunakan listrik surya atap, masyarakat Surabaya mengungkapkan bahwa tingkat pengurangan biaya listrik bulanan dan biaya instalasi yang terjangkau menjadi pertimbangan utama mereka. Masyarakat Jabodetabek juga memiliki pertimbangan serupa, meski keterjangkauan biaya instalasi lebih dominan. 

Mengingat energi adalah kebutuhan mendasar masyarakat modern, pengeluaran energi rumah tangga juga cukup signifikan. Karenanya, dengan konsep listrik surya atap yang memanfaatkan energi surya (gratis) untuk listrik dan memerlukan biaya instalasi yang juga tidak sedikit, pertimbangan manfaat secara ekonomi dan biaya yang perlu dikeluarkan adalah faktor penting bagi mereka.

Selain faktor yang berkaitan dengan finansial dan ekonomi, performa sistem juga mendapat perhatian yang cukup banyak. Meski panel surya sendiri memiliki masa garansi hingga 25 tahun, masyarakat umumnya ingin melihat bagaimana sistem yang terpasang benar-benar mampu menunjukkan produksi listrik yang mumpuni dan berkualitas serta tidak memiliki kendala apapun dalam tahun pertama penggunaannya. 

Kemudahan dalam perawatan pun menjadi pertanyaan, karena pengetahuan yang relatif terbatas tentang penggunaan listrik surya atap, mereka juga kurang yakin bagaimana merawat sistem dan menginginkan adanya layanan perawatan on call atau costumer service 24 jam bila dimungkinkan.

Lalu apakah masyarakat memiliki keinginan untuk membeli (purchase intention) sistem listrik surya atap? Dengan harga pasaran yang masih dianggap cukup mahal, Rp 13 - 18 juta/kWp, memang ada keengganan bagi masyarakat untuk membeli. 

Bila tanpa pengetahuan soal biaya, 1 di antara 3 orang di Surabaya mau membeli dan menggunakan listrik surya atap. Ketika tahu harganya, jumlah ini berkurang, menjadi hanya 1 di antara 5 orang. Terdengar familiar? Ya, kita umumnya selalu punya pertimbangan finansial saat memutuskan untuk membeli sesuatu.

Temuan yang menarik adalah perbedaan karakter yang cukup signifikan antara masyarakat di Jabodetabek dan Surabaya. Dengan penjelasan komprehensif mengenai listrik surya atap, masyarakat Surabaya mengharapkan bahwa penggunaan listrik surya atap dapat mengurangi biaya penggunaan listrik PLN dan sekaligus berkontribusi pada kelestarian lingkungan.

Motivasi pelestarian lingkungan ini unik dan secara konsisten cukup banyak diutarakan oleh responden di Surabaya, serta merupakan faktor penting kedua yang menjadi pertimbangan mereka untuk membeli listrik surya atap. Hal ini bisa jadi berkaitan dengan visi Walikota Surabaya dan arah pembangunan daerah yang terfokus pada agenda pembangunan hijau dan berkelanjutan (Halo, Bu Risma?). 

Dalam 3 tahun terakhir, inisiatif-inisiatif lokal yang berkaitan dengan gaya hidup berkelanjutan tumbuh secara pesat di Surabata. Lahan terbuka hijau semakin bertambah, begitu pula dengan model-model pengelolaan sampah dan pemeliharaan lingkungan kota. Karenanya, kepedulian terhadap kelestarian lingkungan menjadi salah satu karakter masyarakat Surabaya yang tercermin dalam studi pasar ini.

Sementara itu di Jabodetabek, dampak pengurangan biaya penggunaan listrik dianggap sangat penting oleh konsumen, disusul dengan kontribusi pada kelestarian lingkungan dalam jumlah yang lebih rendah dibanding Surabaya.

Berkaitan dengan pembiayaan, masyarakat di kedua kota ini mengharapkan adanya skema pembiayaan cicilan dengan tenor pembayaran di bawah 5 tahun; mirip seperti cicilan kendaraan bermotor. Rumah dengan konsumsi listrik Rp 500.000/bulan, misalnya, perlu memasang panel surya 2 -- 3 kWp untuk bisa mencukupi sebagian besar kebutuhan listriknya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun