Tepat jam 4 pagi aku sudah harus selesaikan mengupikabu, lalu tidak lama adzan berkumandang aku harus sudah siapkan menu anak-anak dilanjutkan dengan memandikan mereka dan membuat mereka wangi sebelum aku tinggalkan ke kantor.
Aku pastikkan jemputan tidak terlambat antarkan si sulung ke sekolah kemudian aku pastikan juga bahwa si bungsu sudah siap amunisi agar selalu sehat dan tidak gampang sakit.
Tidah boleh didahului oleh matahari, aku sudah harus siap berperang. Terlambat sedikit saja maka aku akan terlambat masuk kantor.
Kantorku bukan kantor yang besar. Tapi aku bahagia di sini. Padahal lelahnya bukan main. Setiap hari aku tak pernah berjumpa matahari.
4 Waktu aku lakukan di kantor dengan durasi yang tidak bisa Panjang.
Menyesal?
Sangat.
Di sepertiga malam aku mengadu.
"Tuhan, sepertinya aku tidak sanggup melakukan sendiri. Adakah kiranya maksudmu yang lain untukku?. Aku Lelah Tuhan."
Pagi buta, aku sudah kacau balau. Aku putuskan packing lalu segera kupesan tiket travel untuk bertiga. Sengaja aku ambil jam 4 pagi agar tidak ada satu manusiapun yang melarang kepergian kami ke Bandung.
Anak-anak belum ada yang wangi. Bodo amat, aku ingin cepat sampai.
Seharusnya kami sudah sampai Pasteur tepat jam 7 pagi, rupanya Tuhan menguji kembali.