Mohon tunggu...
Chunk ND
Chunk ND Mohon Tunggu... mahasiswa -

mahasiswa tingkat akhir tak ada kata terlambat untuk belajar, termasuk menulis sebagai coretan untuk keabadian. sebab dengan menulis maka ingatan akan terawat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Biarkan, Kamu Cukup Tahu Saja!

19 April 2017   18:41 Diperbarui: 19 April 2017   18:56 1022
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : http://cdn.klimg.com/newshub.id

Biarkan, Kamu Cukup Tau Saja!

Aku tak pernah menyangka ini terjadi padaku, tak pernah terfikirkan dalam benakku tentang hal ini, tapi ini terjadi juga, aku tak mempu membendungnya, aku telah melepaskan yang lainnya dan pandanganku hanya tertuju padamu, entah kenapa aku tak tau kenapa aku seperti ini, aku merasa sangat heran dengan diriku sendiri, aku mengalami hal yang sangat aku tentang dahulu setelah aku melanggarnya sekali. Aku berusaha menjaga segalanya setelah hari itu, tapi kini itu terjadi lagi. Entah harus aku berbuat apa.

Aku mengenalmu sejak tiga tahun lalu, sejak saling tau satu dengan  lainnya tak ada hal spesial yang aku nilai darimu, kau tidaklah cantik seperti Cinderella, ataukah gadis-gadis lain yang sering jadi bahan pembicaraan teman-teman dikampus, kau juga bukanlah gadis cerdas seperti gadis-gadis aktivis dikampus, atau akademisi yang begitu kuat berteori dalam kelas. Bagiku kau hanyalah seorang gadis yang ingin terus bersama teman-temanmu, kadang kau mengikuti temanmu dalam kegiatan kampus namun dengan kondisi terpaksa.

Kita tidaklah sering berjumpa, bertatap muka, ataupun berbicara langsung. Sebab akupun berpikir apa bagusnya berurusan dengan gadis sepertimu, seorang yang jarang menebar senyum dari bibirnya, yang hanya selalu memasang muka datar yang entah bagaimana orang disekitarmu bisa memaknainya, termasuk aku.

Pelan namun pasti aku melihat ada sisi lain dari dirimu, kau punya semangat yang tinggi untuk belajar. Aku menyadari itu ketika kau juga terlibat dalam organisasi kampus yang pernah aku tempati juga untuk belajar. Kau begitu gigih, seolah kau ingin merubah segalanya yang tak kau anggap sesuai dengan yang seharusnya.

Kita berkenalan memang sejak tiga tahun lalu, namun seingatku barulah dua tahun terakhir kita saling memiliki kontak masing-masing, mungkin juga sebab kau telah terlibat dalam organisasi kampus, sejak saat itu kita mulai berinteraksi secara pribadi, kau mulai bertanya tentang organisasi itu, tentang kampus, dan beberapa hal lainnya meskipun itu hanya sesekali, namun aku melihat setidaknya ada yang maju dalam komunikasi kita.

Semakin hari aku merasa kita semakin akrab, banyak hal yang sering kita bicarakan, kita diskusikan. Aku telah menganggapmu sebagai adikku sendiri, begitupun denganmu telah menganggapku sebagai kakakmu, sebab memang kita telah diajarkan menjadi sebuah keluarga oleh kakak-kakak kita terdahulu.

Aku berusaha menjaga jarak, bukan hanya denganmu, dengan teman-temanmu yang lain pun begitu utamanya yang perempuan, sebab aku tak ingin merasakan kebersamaan yang begitu berlarut sebab aku tak ingin lagi menaruh hati pada perempuan yang telah aku anggap sebagai adikku sendiri.

Aku pernah melakukannya, aku menganggapnya kesalahan sebab aku menaruh hati bahkan menjalin hubungan dengan adikku sendiri. Awalnya aku sangat malu namun aku tak mampu menghalanginya, Ia juga seperti itu terhadapku, pelan-pelan aku dan dia menjalaninya hingga akhirnya hubungan kami berakhir juga.

Aku tak pernah merasakan sebelumnya, kita sudah sering berjumpa, berdiskusi dan bercerita bersama, namun kali ini aku merasa berbeda, hari itu aku melihat kau tersenyum, aku tak pernah menyangka senyum yang kau lemparkan hari itu membuatku begitu khawatir sebab aku merasakan sesuatu yang berbeda, hampir saja aku melihatmu sebagai seorang perempuan, bukan lagi sebagai adikku. Aku berusaha keras menutupnya, aku menguncinya, mungkin hanya sementara dan tak akan lama, ini hanya sesaat pikirku saat itu.

Hari-hari selanjutnya kau semakin membuatku khawatir tehadap diriku sendiri, kau terus tersenyum padaku tanpa aku bisa bendung, perasaanku seolah mengalami cuaca yang selalu berbeda-beda, kau terus membuatku gugup setiap kali kau tersenyum walau bukan kepadaku, entah kenapa aku benar-benar kagum akan senyummu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun