Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Riset Filsafat Ilmu [2]

28 Januari 2019   11:37 Diperbarui: 29 April 2019   00:56 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kepuasan kerja dapat di ukur pada perasaan yang menyokong dan tidak menyokong diri pegawai yang berhubungan dengan pekerjaannya maupun dengan kondisi dirinya. Karena itu kepuasan kerja dapat berhubungan dengan pekerjaannya yang melibatkan aspek-aspek seperti upah atau gaji yang diterima pegawai, kesempatan pengembangan karir, hubungan dengan pegawai lainnya, motivasi, penempatan kerja, jenis pekerjaan, struktur organisasi perusahaan, mutu pengawasan, penghargaan nilai-nilai pengakuan diri termasuk kesempatan dalam ikut berpartisipasi. Sedangkan perasaan yang berhubungan dengan dirinya antara lain umur, kondisi, kesehatan, kemampuan, dan pendidikan.

Sumberdaya manusia sebagai assets perusahaan akan berprestasi  apabila mereka mengalami kepuasan kerja sehingga akan menentukan keberhasilan pencapaian corporate social responsibility.

Faktor lain yang mempengaruhi corporate social responsibility adalah emosi atau emotional intelligence. Hasil studi Goleman (2002:76-80) menunjukkan keberhasilan orang-orang sukses ditentukan oleh kecerdasan emosional yang mereka miliki dengan nilai 80%, sedangkan kecerdasan intelektual hanya berperan 20% dalam kesuksesan mereka. Kemampuan sesorang mengendalikan emosinya pada saat krisis maupun kondisi organisasi yang rumit merupakan faktor penting dalam menentukan keberhasilan organisasi. Penelitian menunjukkan orang Jepang telah menerapkan nilai-nilai yang ada dalam agama Tokugawa yang didalamnya mengandung unsur-unsur etika Protestan (etika Webber), seperti nilai kejujuran, kedisplinan, bekerja keras, menghargai kinerja, menghargai waktu, mengadakan evaluasi secara terus menerus, menghargai nilai-nilai yang berlaku pada masyarakat.

Emotional intelligence adalah kekuatan dahsyat yang dapat melampaui kesadaran fisik manusia. Pikiran mempengaruhi emosi, dan emosi mempengaruhi kualitas tindakan. Tindakan seseorang dipengaruhi oleh pertarungan antara emosi menyenangkan dan tidak menyenangkan yang akan menentukan sukses dan kegagalan seseorang. Karena itu, menurut Anthony Dio Martin (2006:95-98) kesuksesan = visi + imajinasi + aksi + emosi. 

Visi yang jelas mengikatkan diri kita pada suatu masa depan yang jelas, semua energi dan sumber daya yang ada bisa diarahkan secara efisien untuk mencapainya. Imajinasi dapat tersampaikan apabila otak kita dapat menghidupkan imajinasi supaya otak kita bisa melihat gambaran  mimpi kita. Visi saja tidak cukup, kita perlu memberi kesempatan kepada otak kita untuk menciptakan dan menangkap imajinasi impian kita. Elemen sukses ketiga adalah aksi. 

Ada ungkapan yang mengatakan "aksi tanpa visi hanya akan menyia-nyiakan waktu, tetapi visi tanpa aksi hanya akan menjadi sebuah kesia-siaan tanpa menjadi kenyataan". Dapat disimpulkan impian tanpa aksi tidak ada artinya. Elemen terakhir sukses adalah emosi. Intinya, kaitkanlah emosi dengan imajinasi sukses yang ingin di raih. 


Dalam membangun kecerdasan emosional, yang harus dapat dikendalikan dalam dirinya antara lain adalah kecemasan, ketakutan, kualitas, persepsi, smart solution, negative emotional self talk, dan emotional blackmail. Elemen-elemen tersebut apabila tidak di kelola dengan sebaik mungkin, akan menimbulkan penurunan etos kerja yang akhirnya akan berpengaruh secara langsung pada pencapaian tujuan organisasi. Karena itu di duga terdapat pengaruh secara langsung kecerdasan emosional terhadap pencapaian corporate social responsibility.

Setelah memperhatikan fenomena konseptual dan paradigma pada uraian sebelumnya, fenomena yang menarik bila dikaitkan dengan indikator kesuksesan yang relatif singkat, intinya setiap perusahaan selalu ingin mempertahankan keberlangsungan usahanya (going concern). Tidak terkecuali kondisi perusahaan-perusahaan publik di Indonesia.

Isu tentang tanggung jawab sosial perusahaan merupakan upaya mewujudkan keberlangsungan usaha secara menyeluruh melalui tanggung jawab ekonomi, tanggung jawab hukum, dan tanggung jawab etis, dan tanggung jawab penderma. Stakeholders theory (a stakeholders view of company responsibility) menurut Pearce II, Robinson Jr, (1997:47) menyatakan tanggung jawab perusahaan melampaui kepentingan kelompok yang berorientasi pada laba, melainkan juga kepada pemegang saham (stockholders), kreditor (creditor),karyawan (employees), pelanggan customers), penyedia (suppliers), pemerintah (governments), serikat kerja (unions), pesaing (competitors), pemerintah daerah (local communities), dan masayarakat keseluruhan (the general public).

 Model ekonomi klasik Milton Friedman, menyatakan tanggung jawab perusahaan adalah memuaskan pemegang saham. Alasan rasional penggunaan uang untuk tanggung jawab sosial berarti akan mengurangi dana pembelian bahan baku, pembayaran biaya produksi, dan dana investasi, dan akhirnya akan memperlambat proses persaingan pasar sehingga bertentangan dengan kaidah ekonomi. 

Menurut stakeholder theory Donaldson dan Preston (1995:65-91) tanggung jawab perusahaan kepada pelanggan, pemerintah, pemegang saham, kelompok politik, asosiasi, masyarakat, dan karyawan. Kongkritnya perusahaan harus berkomitmen pada pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility) pada dimensi ekonomi, etis, hukum, penderma/keperdulian sosial. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun