Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Mencari "Ada", Etnografi Petilasan Ibu Soekirah

30 Desember 2018   03:16 Diperbarui: 1 Januari 2019   15:37 401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lalu saya sampai pada lapisan ketiga {"Ada"} pada hakekat arti ["petilasan"]. Maka ada dua ada yakni ada dari alam semesta (being of nature) buana agung, dan ada pada akal budi (being of reason) atau buana alit. Problemnya kebenaran pada buana alit, tidak otomatis sama dengan kebenaran di dalam alam semesta atau buana agung.

Maka dengan meminjam theoria Semiotika Ferdinand de Saussure pada (1) signifier (penanda), (2) signified (petanda), (3) form (bentuk) atau content (isi). Maka kesadaran atau pikiran atau rasa Jawa Kuna adalah (1) signifier (penanda). Sementara benda di alam atau buana agung adalah signified (petanda).

Korelasi atau dialektika antara Penanda dan petanda (buana alit dan buana agung) terciptalah {"Ada"} saling mengisi berhubungan, meskipun tidak selalu sama. Dan Ibu Soekirah berhasil mengkorelasikan antara Penanda dan petanda. Jadi {"Petilasan"} adalah wujud korelasi antara Penanda dan petanda (buana alit dan buana agung) terciptalah {"Ada"},atau diciptakan oleh pencipta tunggal. Ini adalah hakekat berupa wujud kemampuan menciptakan hubungan antara bahasa metafora alam, penafsiran, dan alam obyektif.

Maka Ibu Soekirah berhasil menjembatani oleh bahasa dalam kitab alam dan penafsiran yang tepat dalam kultural Jawa Kuna. Ibu Soekirah mampu meleburkan horizon keterpisahan subyek, yakni manusia, obyek atau buana agung yang dipersepsinya. Tidak ada artinya manusia itu sendiri, adalah subyek yang tidak memiliki dunia (worldless). Maka manusia idial adalah selalu ada di dunia (being in the world) bersama dengan benda-benda fisik maupun mahluk hidup lainnya. Implikasinya adalah semua manusia wajar dan normal adalah manusia ada bersama (being among) dan terlibat (involve) dengan dunia yang sudah selalu ada.

Kesimpulan {"Petilasan"} adalah cara mengada (modes of being) pada manusia melalui (a) ada bersama dunia, (b) ada di dalam dunia, dan (c) sekaligus ada disana.

Demikian hasil diskursus hermeneutika, dan semiotika pada makna petilasan. Terima kasih dan mohon maaf jika masih salah atau jauh dari idial, karena saya belum pandai.tky

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun