Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Mencari "Ada", Etnografi Petilasan Ibu Soekirah

30 Desember 2018   03:16 Diperbarui: 1 Januari 2019   15:37 401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Maka dengan pinjakan sederhana ini saya dapat menjelaskan pengertian ["petilasan"] sebagai kata "menghuni".

Saya meminjam pemikiran filsafat Martin Heidegger (1889-1976) menyatakan "kebenaran itu keras kepala, dan suka menyembunyikan diri, dan kebenaran yang dipahami hanya sebatas kebenaran tidak tersembunyi". Heidegger menyebut alam semesta memiliki ketersembunyian ("Aletheia") pada kebenaran.

Maka Heidegger menyatakan saatnya kita mulai beralih pada episteme baru, melalui di sebut "stimung" melalui prosa atau melalui pusisi, dan membiarkan diri kita diinterpelasi apa yang mengenakan kita, merasakan suasana batin untuk menciptakan rumah ada (atau di sebut "menghuni dulu baru membangun").

Metode Heidegger menyebut diskursus tentang menampakkan diri, dengan "membiarkan apa yang memperlihatkan diri itu dilihat dari dirinya sendiri, cara dia memperlihatkan diri dari dirinya sendiri" (bukan aktivitas berpikir), melalui kecemasan eksistensial (Angst).

Hakekat pemahaman tingkat mendalam lagi saya transformasi menjadi pemahaman Ibu Soekirah diikat oleh dunia (world) dan kemudian Ibu Soekirah mampu memberikan makna bagi kehidupannya. Itulah Petilasan hakekat selanjutnya.

Maka dengan meminjam pemikiran Heidegger saya dapat membuat proposisi atau rehabilitasi arti ["petilasan"] artinya "menghuni dulu baru membangun". Dan Ibu Soekirah wujud representasi melampaui. Bisanya manusia pada umumnya membangun dulu baru menghuni. Maka Heidegger (pembuat ide gagasan), Ibu Soekirah yang "membuat pengalaman penghayatan atau Lakoni Jawa", dan saya sebagai peneliti yang "mempertemukan". Maka dapat dikemukakan arti ["petilasan"] adalah "menghuni dulu baru membangun".

Ibu Soekirah dalam identitas pada arti ["petilasan"] identic dengan membangun {"Ada"} atau {"Being"}. Maka Manusia dan dunia itulah {Ada} itu sendiri dan persis memiliki konsep fenomenologi ontologi atau metafisik. Atau ["petilasan"] sebagai refleksi mengenai realitas keseluruhan sebagai "Ada".

Artinya ["petilasan" atau "konsep Ada"] adalah seluruh realitas pada semua latar belakang tindakan keseharian manusia [Ibu Soekirah] yang dapat dipahami dengan dengan fakultas akal budi. Lalu bagimana hal ini dapat dijelaskan dengan memadai sehingga rehabilitasi Fenomena Ontologis-nya dapat dipahami.

Ibu Soekirah adalah {"Ada"}, karena menempati ruang dan waktu tertentu di alam semesta Bantul Jogjakarta. saya dapat memahami keuletan batiniah Ibu Soekirah sehingga memugkinkan dia memiliki dan mampu membuka ketersembunyian ("Aletheia") pada relasi antara dunia dan dirinya sendiri {Ibu Soekirah} dengan nama yang disebut subjektivitas bernama "sabar nrimo" atau "nrimo ing pandum".

Dengan subjektivitas bernama "sabar nrimo" atau "nrimo ing pandum" membuat Ibu Soekirah mampu memaknai dunianya, dan proses pemaknaan itu selalu melibatkan jaringan makna yang lebih luas.

Hebatnya lagi Ibu Soekirah mampu memberikakan makna dan praktik tindakan yang melatarbelakangi tindak pemaknaan atas dunia tersebut untuk menghasilkan realitas. Itulah {"Ada"} pada hakekat arti ["petilasan"] adalah "menghuni dulu baru membangun".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun