Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Selebrite Elite

8 Januari 2022   13:00 Diperbarui: 8 Januari 2022   22:48 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sutradara berteriak "Cut!" dengan corong suara dari kursinya dan petugas sekuriti datang untuk mengawal para pemain ke kamar ganti. Para aktor diberi makan pelet rekayasa genetika untuk meningkatkan berat badan optimal, kulit mulus dan wajah awet muda. Dosis yang tepat direkayasa oleh para ilmuwan yang digaji oleh pemerintah untuk tetap tutup mulut atas apa yang mereka lakukan.

Jika kamu menolak untuk memakannya, bodyguard-mu yang akan mencekokinya ke tenggorokanmu dengan tangannya. Jika kamu makan terlalu banyak, mereka akan memompa keluar isi perutmu.

Itulah Selebrite Elite, yang dirancang untuk menghibur kalian semua. Anggotanya terpilih sejak lahir dan dibesarkan untuk menjadi bintang.

Kami mendapatkan kepribadian kami ketika tiba saatnya untuk dilemparkan ke masyarakat yang tidak curiga, sebagai "Viral Terkini". Di tempat yang biasanya berupa ruang konferensi hotel atau acara yang mirip dengan bursa kerja, selebriti masa depan dikumpulkan dan diberi gelar bersama dengan spesifikasi pekerjaan.

"Selamat, kamu akan menjadi Idola Nusantara. Minum pil ini untuk menumbuhkan lesung pipi dan mata bundar cemerlang. Tapi, seumur hidup dilarang minum yang mengandung alkohol termasuk tapai dan durian."

"Selamat, kamu akan menjadi aktor antagonis sinetron stripping kejar tayang. Kamu akan mendapat pujian dari kritikus dan satu penghargaan, tetapi tingkahmu harus tidak dapat diprediksi dan selalu membuat sensasi. Kamu akan sering mabuk dan tak pernah setia pada pasangan."

"Selamat, kamu akan menjadi diva pop yang terlalu sering berpesta dan memiliki masalah narkoba. Ini sabu dan kamu harus membiasakan diri memakainya secara teratur."

Selebrite Elite hanyalah istilah lain untuk narapidana kehidupan, dan dunia tidak menyadari itu semua.

Kamu tahu bagaimana aktor-aktor berbakat itu ditemukan tewas di rumah mereka karena overdosis? Bintang terang yang mendadak padam oleh kebiasaan tercela yang terbongkar di media massa?

Itu overdosis yang disengaja. Itu adalah keputusan humas yang direkayasa secara politis. Itu adalah hukuman bagi siapa saja yang berpikir mereka bisa keluar begitu saja dari dunia pertunjukan. Pagar listrik tegangan yang menyetrum domba yang tersesat terlalu jauh.

Kamu tidak bisa berhenti kecuali mereka melepaskanmu, mengatakan bahwa kamu sudah selesai atau berada dalam peti mati garis miring kantong mayat. Mayat yang ganteng atau cantik, direkayasa dengan sempurna.

Aku sedang duduk di sebuah bar di Kemang ketika breaking news muncul di TV.

"Bintang sinetron ternama Rania Vanihol akan dimakamkan  malam ini di Evergreen Sosialite Hill. Upacara terbuka untuk umum dan media karena Rania tidak punya keluarga yang masih hidup untuk hadir. Si cantik berambut merah ditemukan tadi malam setelah kecelakaan mobil tragis yang merenggut nyawanya saat dalam perjalanan pulang ke rumahnya di Cikupa. Menurut keterangan para saksi, dia sebelumnya minum alkohol melebihi batas dan menabrak pembatas jalan yang menyebabkan mobilnya jatuh 30 meter ke jurang dan kemudian terbakar. Demikian menurut Samson Parangtumpul, pengawalnya, seorang veteran yang telah bersama Rania sejak peran protagonisnya di sinetron 'Alap-Alap Lintas Pantura', yang menemukan reruntuhan kecelakaan. Dia menjelaskan bahwa Ranya memberinya cuti sore itu, tetapi ketika Rania tidak pulang malam itu, dia takut yang terjadi hal-hal yang buruk terhadap atasannya dan pergi mencarinya. Massa telah berkumpul di depan rumah kediaman Rania untuk memberikan perhormatan terakhir dan meratapi kepergian aktris terlaris itu."

Bartender yang sedang menyusun gelas di rak belakang mendecakkan lidah dan menggelengkan kepalanya.

"Tragis. Dia masih sangat muda dan berbakat. Sepertinya gadis yang baik juga."

Aku mengangguk setuju. Dia adalah gadis yang baik.

Wiski yang kuteguk memberi kenikmatan rasa hangat yang mengalir di dadaku.

Bar berbau apek, seperti bir basi dan asap rokok yang melekat di dinding membentuk lapisan nikotin menahun.

Aku menangkap bayanganku di cermin di belakang bar dan tersentak kaget. Masih belum terbiasa dengan wajah yang balik menatapku. 

Rambut hitam, dipotong terburu-buru. Hidung patah yang dipasang gips dan memar gelap di bawah kedua mata---hasil dari operasi hidung yang aku lakukan sendiri dengan membenturkan wajah ke dinding sampai pingsan.

Aku melihat bartender menatap luka di wajahku.

"Apa saya perlu menelepon klinik atau siapa saja yang bisa menolong kamu, sayang?"

"Tidak, aku baik-baik saja, terima kasih. Aku hanya perlu menjauhi pacarku yang pecundang itu."

Aku mencoba tersenyum kecil dan mengangkat bahu seakan-akan memberi isyarat 'Memangnya ngapain lagi aku minum di bar yang jorok di siang hari?'

Mencoba menjadi tak terlupakan itu sulit ketika wajahmu terlihat seperti kuku jempol kaki berdarah di dalam karena terjepit pintu, tapi bahkan aku tidak mengenali wajahku sendiri.

Aku menghabiskan wiski dan mengeluarkan beberapa lembar uang kertas lecek, tapi dia menggelengkan kepalanya.

"Aku yang traktir."

Aku mengucapkan terima kasih, memakai kembali kacamata hitam besarku dan melangkah keluar ke jalan raya.

Samson Parangtumpul menungguku di dalam jeep berkaca jendela gelap di gang belakang bar dengan pakaian ganti. Aku tidak tahu apa yang akan kulakukan jika Samson tidak merekayasa kecelakaan mobil itu. Aku tidak tahu dari mana dia mendapatkan mayat dan aku tidak ingin tahu. 

Hanya saja aku pernah membaca, tempat persembunyian terbaik adalah di tempat terang.

Aku bersiap-siap. Sebentar lagi acara pemakamanku akan berlangsung, yang harus kuhadiri.

Bandung, 8 Januari 2022

Sumber ilustrasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun