Di warung tradisional ini saya juga mencoba es kolak bali yang terdiri dari potongan pisang, kolang-kaling dan ubi rebus juga campuran santan. Cukup segar untuk dinikmati di siang hari yang panas.Memang untuk menikmati menu tradisional Bali perlu diantar warga asli Bali karena jarang ditemui menunya di restoran besar di pinggir jalan utama.
Sekarang di Bali sedang banyak bermunculan warung dan restoran bernama nasi tempong yang rasanya pedas banget. Nama tempong berasal dari bahasa osing asal Banyuwangi yaitu ditempeleng.Jadi dinamakan nasi tempong karena serasa seperti pipi ditempeleng karena rasa pedasnya.
Nasi tempong ada pilihan beberapa lauk mulai ayam goreng, lele goreng, udang goreng, cumi goreng dan semua pilihan disajikan dengan sambal pedas dilengkapi lalapan sayur mulai timun, labu, terong  rebus. Sambalnya mantap banget rasa pedas terasa banget di lidah tetapi nikmat ketika makan nasi dicolek dengan lalapan sambal. Saya mencoba makan siang Nasi Tempong Bu Indra di daerah Kuta, Bali.
Setelah beberapa hari makan makanan berat sudah saatnya menikmati makanan penutup alias dessert yang enak.Pilihan saya tentu es krim yang jadi trending. Es krim di Bali sangat banyak pilihan rasa dan tempat. Sekarang banyak wisatawan lokal yang pergi ke Bali sengaja untuk berburu ice cream gelato yang lezat. Beruntung saya bisa merasakan ice cream gelato yang lezat di Ice Cream Gelato Factory di depan Lapangan Renon, Denpasar.
Pilihan rasa banyak sekali mulai rasa coklat, green tea, mangga, strawbery, vanila, kopi dan lainnya yang mengunggah rasa segar dan nikmat. Harga ice creamnya tidak mahal cukup Rp 10.000 per scope sudah bisa dinikmati dengan pilihan berbagai macam rasa. Saya mencoba rasa mangga dan coklat terasa sekali rasa buah mangganya yang asam manis terasa lembut di lidah.
Di Bali sekarang juga sedang berkembang berbagai macam minuman herbal. Di perkebunan Satria, daerah Ubud dikembangkan berbagai macam teh herbal mulai rosella, teh beras, teh serai, teh kunyit , teh jahe, teh mint dan berbagai macam teh lainnya. Setiap tamu yang berkunjung di Perkebunan Satria akan mendapat suguhan contoh berbagai minuman teh herbal. Saya mendapat suguhan delapan macam jenis teh herbal dalam gelas kecil. Rasanya semuanya berbeda terasa segar ada rasa bumbu dapur sedikit ketika mencoba teh serai. Minum teh sambil melihat di kejauhan perkebunan kopi dan duduk di gubuk-gubuk yang disediakan Perkebunan Satria sangat nikmat untuk bersantai bersama teman. Jadi bagi Anda bukan peminum kopi, ada pilihan lain minum teh herbal yang beragam jenis bisa dinikmati di Perkebunan Kopi Satria ,di Ubud Pulau Dewata.
Di Perkebunan Kopi Satria juga bisa  melihat proses pembuatan kopi luwak mulai  kopi dijemur, disangrai, dan terakhir menjadi bubuk kopi luwak yang dijual mahal. Bubuk kopi luwak bisa dijual sampai hampir Rp 4 juta per kilogram. Kita dapat melihat pembuatan kopi luwak Satria di kebunnya langsung di daerah Ubud, Bali. Masuk ke areal perkebunan tidak dikenakan tiket masuk alias gratis. Malahan wisatawan mendapat surprise diberi suguhan gratis berbagai macam kopi dan teh untuk dicoba. Rasanya sangat santai dan nyaman duduk di meja panjang di gubuk di areal kebun kopi yang pemandangannya berupa lembah perkebunan kopi.
Merasakan kuliner di Bali tidak hanya menikmati kelezatan kulinernya tetapi juga bisa melihat proses pembuatannya, keramah tamahan penduduknya dan proses kreatif penjajian membuat kuliner di Bali lebih nikmat dimakan dan sedap dipandang.