Mohon tunggu...
Ari Budiyanti
Ari Budiyanti Mohon Tunggu... Guru - Lehrerin

Sudah menulis 2.780 artikel berbagai kategori (Fiksiana yang terbanyak) hingga 24-04-2024 dengan 2.172 highlight, 17 headline, dan 106.868 poin. Menulis di Kompasiana sejak 1 Desember 2018. Nomine Best in Fiction 2023. Masuk Kategori Kompasianer Teraktif di Kaleidoskop Kompasiana selama 4 periode: 2019, 2020, 2021, dan 2022. Salah satu tulisan masuk kategori Artikel Pilihan Terfavorit 2023. Salam literasi 💖 Just love writing 💖

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Saat Pemusik Itu Memberiku Seikat Bunga

13 Oktober 2019   11:37 Diperbarui: 6 Oktober 2021   13:30 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Astaga seperti tanpa ekspresi dia menyuruhku pulang setelah menerima laporanku. Iya memang sudah waktunya semua karyawan pulang. Kulihat sepintas dia berjalan menunu ruangannya. Aku terduduk lemas menahan rasa debar di jantungku melihat dia tiba-tiba ada di ruanganku.

Kurapikan segera meja dan barang-barangku bersiap pulang. Kulihat ruangan-ruangan lain sudah sepi dan dimatikan lampunya. Pertanda semua sudah pulang. Tapi saat melewati ruang pak Rian, ruangannya nampak masih terang gemilang. Dia belum pulang.

Ragu aku, apakah aku pulang saja? Atau tetap tinggal. Masa iya bos belum pulang, aku udah enak-enakan pulang. Mungkin setengah jam lagi aku tunggu ya. Siapa tahu ada laporanku yang dia mau tanyakan. Aku kembali duduk di ruanganku. Berkali-kali ku tengok dan dia masih juga di sana. 

Lapar di perutku apakah tidak dirasakan juga olehnya. Segera kupesan makanan untukku dan dia yang sedang bekerja di ruangan lain. Teringat kata-kata pak Ardi tadi di kantin. Aku harus menemukan kebutuhannya. Astaga paling saat kerja begini dia sering lupa makan ya. Kalau dia sakit bagaimana? 

Tepat pukul 7 aku dapatkan pesanan makananku dua box. Satu untuk pak Rian pastinya. Sudah dua jam aku menunggu di ruanganku tapi dia tak kunjung pulang atau memanggilku. Mungkin dikiranya aku sudah pulang seperti karyawan lainnya. Kuketuk pintu ruangannya dengan susah payah sambil membawa dua box makanan di tanganku. Tak mungkin kubuka pintu itu sendiri. Dan ternyata dia membuka pintu itu. 

Untuk menghindari kegugupanku, aku langsung masuk saja tanpa ijin darinya karena keterkejutannya melihatku di depan pintu. Lapar juga membuatku memaksakan diri makan bersamanya saat itu juga. 


Aku makan dengan cepat agar segera selesai dan bisa pulang. Aku tidak bisa tahan lama berada di dekat pak rian yang "so cool" ini. Jantungku terus berdebar tak bisa kukendalikan.

Selesai makan bersama, kurapikan kembali meja dan berpamitan pulang. Tapi dia menahanku. Dia memintaku menunggu sebentar lagi karena dia juga sudah hampir selesai. Katanya mau mengantarku pulang. Aduh hatiku bagaimana tidak berbunga-bunga. Senangnya. Dan bunga seruni di vas itu, juga masih ada di sana menambah sukaku.

Kemaren memang aku bagikan bunga seruni dari halaman rumahku. Aku sebenenya hanya ingin berikan pada pak Rian, tapi nanti ketahuan perasaanku. Jadi kusamarkan dengan kubagikan pada semua rekan kerja di divisi pak Rian.  Ternyata dia suka.

Kucoba bantu menyelesaikan sedikit tugas yang kubisa. Sampai akhirnya dia selesaikan semua pekerjaan untuk dipresentasikan besok pada pak direktur yang mendadak datang. Tanpa banyak kata, dia dan aku sudah dalam perjalanan pulang naik mobilnya. 

Sungguh sepi, dia tak berusaha mengajak aku bicara. Aku juga kelu terasa lidahku. Debaran jantungku membuat aku lupa harus bicara apa. Terlebih memberi tahu dia dimana aku tinggal. Untuk menghindarkan sepi dan menenangkan batin yang bergejolak, ku senandungkan lagu yang terus mengiang di kepalaku sejak 2 bulan lalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun