Mohon tunggu...
Ardi Winangun
Ardi Winangun Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang wiraswasta

Kabarkan Kepada Seluruh Dunia

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Sulitnya Berkunjung ke Monumen Jalesveva Jayamahe

25 Desember 2013   09:49 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:30 8867
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa waktu yang lalu saya berwisata ke Surabaya, Jawa Timur. Berkunjung ke kota pahlawan karena banyak objek wisata yang menarik, baik dari segi sejarah, kuliner, belanja, maupun wisata jenis lainnya.

Di antara tempat wisata yang hendak saya sasar adalah Monumen Jalesveva Jayamahe. Monumen itu menarik dikunjungi sebab menurut sumber, patung yang menggambarkan sosok kolonel yang menatap ke arah laut itu mempunyai ketinggian 31 meter, berdiri di atas bangunan setinggi 29 meter. Dengan ketinggian yang demikian maka monumen itu disebut tertinggi kedua setelah Patung Liberty. Masyarakat berkunjung ke tempat itu tentunya tak sekadar melihat patung yang berdiri gagah berani dan indah namun juga membuktikan kecintaan kepada Angkatan Laut.

[caption id="attachment_311128" align="aligncenter" width="300" caption="Monumen Jalesveva Jayamahe diambil dari google"][/caption]

Namun sayangnya untuk bisa berkunjung ke Monumen Jalesveva J

[caption id="attachment_311129" align="aligncenter" width="300" caption="Monumen Jalesveva Jayamahe diambil dari google"]

13879470221203118901
13879470221203118901
[/caption] ayamahe tidak semudah kalau kita mengunjungi tempat-tempat wisata lainnya yang dikelola oleh TNI. Misalnya kalau kita mau Monumen Pancasila Sakti di Lubang Buaya, Jakarta, sangat mudah. Pun demikian kalau kita pergi ke Monumen Kapal Selam di Surabaya, atau ke museum-museum yang juga dikelola TNI. Saya mempunyai banyak pengalaman dan kunjungan ke tempat-tempat wisata yang dikelola oleh TNI. [caption id="attachment_311074" align="aligncenter" width="300" caption="Museum Keprajuritan TMII"]
13879395182105712005
13879395182105712005
[/caption]

[caption id="attachment_311113" align="aligncenter" width="300" caption="Museum A. H Nasution"]

13879461931192013635
13879461931192013635
[/caption]

[caption id="attachment_311114" align="aligncenter" width="300" caption="Monumen Pangsar di Nawangan Pacitan"]

13879462491391554061
13879462491391554061
[/caption] [caption id="attachment_311116" align="aligncenter" width="300" caption="Monumen Pangsar Sudirman di Nawangan Pacitan"]
13879463241755582017
13879463241755582017
[/caption] [caption id="attachment_311117" align="aligncenter" width="300" caption="di atas KRI Makassar"]
1387946381964949789
1387946381964949789
[/caption] [caption id="attachment_311118" align="aligncenter" width="300" caption="di samping KRI Makassar"]
13879464312035541708
13879464312035541708
[/caption] [caption id="attachment_311119" align="aligncenter" width="300" caption="di depan Tank Leophard"]
1387946496458424444
1387946496458424444
[/caption] [caption id="attachment_311120" align="aligncenter" width="300" caption="di depan pesawat sukhoi"]
13879465521348786061
13879465521348786061
[/caption] [caption id="attachment_311121" align="aligncenter" width="300" caption="pameran drones di TMII"]
13879466091413397464
13879466091413397464
[/caption] [caption id="attachment_311122" align="aligncenter" width="300" caption="di gerbang Markas Kopassus Cijantung"]
13879466651266995186
13879466651266995186
[/caption] [caption id="attachment_311123" align="aligncenter" width="300" caption="bersama anggota TNIAL di perbatasan sebatik indonesia-malaysia"]
1387946718599057800
1387946718599057800
[/caption] [caption id="attachment_311124" align="aligncenter" width="300" caption="bersama anggota Kostrad di perbatasan indonesia-papua nugini"]
1387946768387259374
1387946768387259374
[/caption] [caption id="attachment_311125" align="aligncenter" width="300" caption="pameran alutsista di JCC Jakarta"]
13879468111474029296
13879468111474029296
[/caption] [caption id="attachment_311126" align="aligncenter" width="300" caption="topi baja peacekeeping"]
13879468461322549920
13879468461322549920
[/caption]

Saya menunggu dua jam lebih di pintu masuk jalan ke monumen yang dijaga oleh marinir. Menurut mereka bisa masuk kalau sudah diberi ijin oleh salah satu pihak dari anggota TNIAL yang berada di pos jaga itu. Saya tunggu-tunggu akhirnya orang yang berhak memberi ijin itu tak datang-datang. Entah mengapa dia nggak datang sehingga akhirnya saya pun tidak bisa masuk ke monumen itu. Dan meninggalkan pos marinir itu dengan kecewa berat. Saya bukan satu-satunya orang yang gagal menikmati tempat itu, disebutkan ada rombongan pelajar Bali dengan armada 6 bus gagal masuk ke tempat itu dengan alasan ada acara.

Sulitnya mengunjungi Monumen Jalesveva Jayamahe bisa jadi karena alasan bahwa tempat itu adalah Pangkalan Angkatan Laut Armada Timur sehingga kerahasiaannya perlu dijaga dengan kuat dan sekeras-kerasnya. Namun apa artinya bila membangun sebuah tempat yang indah, megah, dan menarik bila hanya disimpan saja tanpa orang lain boleh menikmati?

Bila dikhawatirkan kalau dibuka secara luas akan ada mata-mata yang menyusup ke basis angkatan laut untuk mencuri data dan informasi itu sebuah kekhawatiran yang berlebih-lebihan. Model mata-mata yang menyusup ke sebuah tempat-tempat vital adalah gaya mata-mata pada masa Perang Dunia I dan Perang Dunia II. Sekarang mata-mata lebih canggih dengan menggunakan peralatan elektronik seperti handphone dan satelit. Jadi tanpa berkunjung ke sebuah tempat vital pun musuh sudah bisa mendapat banyak informasi dari penyadapan telepon atau lewat satelit. Lihat saja Amerika Serikat dan Australia, mereka mendapat banyak informasi petinggi negeri tanpa harus berkunjung ke Istana atau rumahnya namun cukup dengan menyadap teleponnya. Pun demikian Amerika Serikat mampu menghancurkan musuh-musuhnya di Afghanistan dan Pakistan mereka tidak harus menyusup ke gunung dan padang pasir namun cukup lewat satelit. Jadi mata-mata yang menyusup ke sebuah tempat vital sudah ditinggalkan.

Jadi sebaiknya pihak yang mengelola Monumen Jalesveva Jayamahe membuka tempat itu lebar-lebar kepada masyarakat. Keinginan masyarakat ke tempat itu pastinya bukan memata-matai angkatan laut namun justru ingin mengetahui tentang sejarah perjuangan angkatan laut kepada republik ini. Kunjungan masyarakat ke tempat itu sebagai sebuah bukti masyarakat mencintai angkatan laut.

Kunjungan itu seharusnya digunakan angkatan laut untuk mensosialisasikan kepada masyarakat agar kita mencintai wilayah perairan Indonesia yang begitu luas dan ikut bersama menjaga dari pihak-pihak yang ingin menganggu wilayah Indonesia di laut. Sayangnya pihak angkatan laut sepertinya masih belum membuka tempat itu secara lebar-lebar kepada masyarakat. Tak heran bila belum banyak yang tahu Indonesia memiliki monument setinggi Patung Liberty.

[caption id="attachment_311127" align="aligncenter" width="300" caption="Patung Liberty diambil dari google"]

138794689612512654
138794689612512654
[/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun