Mohon tunggu...
Apriani Dinni
Apriani Dinni Mohon Tunggu... Guru - Rimbawati

Biarkan penaku menari dengan tarian khasnya, jangan pernah bungkam tarian penaku karena aku akan binasa secara perlahan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Peluru Rindu

18 Juni 2019   09:49 Diperbarui: 18 Juni 2019   09:51 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengendap-endap  di balik malam basah,  mengetuk-ngetuk pintu hati paket kerinduan terbungkus rapi, senyum tulus terpasang dengan tatap menggoda, sayap terbentang kokoh, tempat senja bersembunyi.

Pria berjanggut pendek menggelitik pipi senja, ucap sayang tak berhenti dari bibir, seolah waktu terhenti, tak hirau mata-mata sinis, tak hirau taring  ocehan, senja dalam dekap.

Minggu ditunggu bertemu raga, melihat tatap hangatkan diri, alam sunyi bertemu rasa, menjadi penari khusus dihadapan, senyum melihat senja menggeliat.

Setiap saat peluru rindu menghujam, sapaan lembut menjadi selimut menutup tubuh, menyembunyikan dari mata-mata liar demi senja relakan nyawa.

ADSN, 180619

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun