Mohon tunggu...
Anis Contess
Anis Contess Mohon Tunggu... Guru - Penulis, guru

aniesday18@gmail.com. Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata. Mari tebar cinta dengan kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berharap Lebih pada Program Keluarga Harapan

18 Februari 2019   06:30 Diperbarui: 18 Februari 2019   09:23 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sungguh membahagiakan. Menyekolahkan anak bukan lagi menjadi keberatan. Tak hanya itu, pemenuhan gizi seimbang untuk anak-anak dengan latar belakang rumah tangga yang menurut saya miskin mulai diperhatikan. Adanya dana bagi ibu hamil, balita, serta anak usia sekolah membuat mereka berani memberikan menu bergizi bagi anggota keluarganya.

Lebih sejahtera, itu yang saya lihat dari keluarga siswa saya penerima program PKH. Dari keterangan yang saya peroleh, lewat petugas PKH yang tandang ke sekolah. Mereka mendapatkan kucuran dana berbeda sesuai tingkat usia atau jenjang sekolah mereka. Bisa diharapkan keberlangsungannya. Jadi tidak heran bila dana ini menjadi sesuatu yang bisa diprediksi jawabannya ketika saya bertanya. " Kapan mau beli sepatu baru?"

Ternyata, tak hanya menerima uang. Di desa saya sejauh yang saya tahu ada pendampingan, ada paguyuban bagi penerima PKH ini. Menerima uang itu tentu saja menyenangkan, tapi mengelola uang agar bisa menutup kebutuhan pun butuh keterampilan. Dulu, di awal program PKH dijalankan, saya melihat rumah tangga penerima mengalami gagap keuangan. Dianggapnya uang itu hadiah tiban. Jadi mereka membelanjakan perolehan itu semau mereka, memenuhi hasrat konsumtif, membeli televisi, VCD atau semacamnya.

Tak menyalahkan mereka, saya maklum bahwa mereka menginginkan, namun bila uang itu terus menerus dibelanjakan untuk memenuhi hasrat konsumtif, maka tujuan dari program keluarga harapan bisa tidak tepat sasaran. Maka saya begitu suka cita mengetahui adanya  pendampingan bagi mereka. 

Tak hanya  mengelola uang yang mereka terima, tetapi ada semacam penyuluhan untuk mereka. Tentang hidup sehat, tentang kebersamaan, guyub, rukun. Beberapa kesulitan berkehidupan kadang dibicarakan saat pertemuan. Bisa pula ketika mengikuti kegiatan senam bersama saat Minggu tiba.

Bagi saya program keluarga harapan telah memberikan sinyal indah sebagai salah satu  langkah terbaik dari upaya pengentasan kemiskinan di Indonesia. Tidak semudah membalikkan telapak tangan memang. Tapi beberapa langkah dari program keluarga harapan ini mampu menumbuhkan optimisme baik tentang kualitas manusia Indonesia dari segi kesehatan dengan terpenuhinya gizi yang baik bagi rumah tangga miskin, maupun dari aspek pendidikan, keberlangsungan pendidikan pada tiap jenjang. Memutus mata rantai siswa tak lagi bisa sekolah karena biaya, membuat mereka fokus memikirkan pelajaran saja. Ujungnya tingkat kecerdasan meningkat. Nilai yang mereka peroleh lebih baik dari sebelum menerima PKH.

Dengan memberikan suntikan dana untuk rumah tangga yang mempunyai penghuni sedang hamil, mempunyai usia balita serta bagi anak usia sekolah yang sedang menempuh pendidikan. Manusia Indonesia yang sehat jasmani dan rohani, sejahtera dan berpendidikan insyaallah bisa terwujud dari program ini. Berharap lebih dari Program Keluarga Harapan, rasanya bukan hanya angan-angan. Itu akan jadi kenyataan.  Bravo Kemensos Indonesia,  bahagia, sejahtera dengan PKH.

Malang, 18022019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun