Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah 2013 Jelajah Negeri Sendiri 2014 | Best Teacher 2022 Best In Specific Interest Nominee 2023 | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Itik, Karena Peliharaan Bunda Kami Bisa Sekolah

1 Mei 2012   01:31 Diperbarui: 23 April 2022   11:57 2267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi/admin cybex.deptan.go.id





Saya tidak tahu kapan awalnya bundaku mulai memelihara itik. Yang jelas sejak kecil ayah dan bundaku sudah memelihara itik. Kemungkinan awalnya itik dipelihara bunda hanya sekedar iseng. Untuk meramaikan rumah. Sekaligus untuk menyalurkan hobi bundaku yang sayang pada binatang.

Lambat laun itik yang dipelihara bunda jumlahnya bertambah. Setelah ia berhasil menetaskan telur-telurnya. Maklum, yang namanya binatang juga sama seperti manusia yang mempunyai kodrat untuk berkembang biak dan meneruskan keturunan. Apalagi bunda memelihara jenis hewan yang cukup mudah untuk berkembang biak. Sebenarnya apapun jenis hewan peliharaan pasti suatu saat akan berkembang biak. Apakah itu kucing, kelinci, atau apapun yang pasti akan berkembang biak. Tinggal tergantung lagi pada jenis hewan peliharaannya. Untuk hewan peliharaan jenis unggas sangat mudah untuk berkembang biak. Karena mudah bertelur dan jumlah telurnya tergolong banyak.

Akhirnya karena faktor perkembang biakan inilah yang merubah status, tidak lagi sekedar hewan peliharaan. Itik-itik bunda berkembang dan bertambah banyak jumlahnya.

Bunda serius merawat hewan peliharaannya itu. apalagi ketika itu kondisi perekonomian keluarga juga agak susah. Jadi bunda sangat berharap pada itik-itiknya. Bunda memberikan makanan yang cukup pada mereka. Dengan begitu telur yang mereka hasilkan akan semakin banyak.

Dari telur-telur itu kemudian bunda menjualnya. Dan hasil penjualan telur-telur itu bunda bisa menutupi kebutuhan keluarga termasuk menyekolahkan kami anak-anaknya.

Selain bekerja sebagai guru di sekolah, bundaku juga membagi waktunya di sawah untuk mencari pakan itik. Kebetulan itik yang dipelihara tidak dilepaskan di sawah namun di lepaskan di belakang rumah diarea lapang di kelilingi pagar bambu.

Sepulang mengajar setelah beristirahat sejenak bunda akan melanjutkan mencari pakan itik di sawah. Di kampung kami, itik biasa dikasih pakan dari keong yang biasa hidup di sawah. Warna keongnya biasanya kuning atau hitam. Dan ukurannya besar sesuai umurnya.



[caption id="attachment_178379" align="aligncenter" width="491" caption="ilustrasi/admin beritabisnis80.blogspot"]

1335835422410514347
1335835422410514347
[/caption]


Dari sawah ke sawah bunda memungut dengan sabar keong itu satu per satu ke dalam kantong plastik hingga penuh. Itik-itik tersebut setiap hari harus diberi pakan keong karena dengan pakan keong itu telur yang dihasilkan akan lebih banyak daripada tanpa dikasih keong sama sekali.

Keong - keong itu dihancurkan hingga halus kemudian dicampur dengan dedak dari kulit padi. Setelah semua bahan dicampur lalu diberi air dan diaduk. Barulah setelah itu diberikan kepada itik.

Dan itik-itik itu diberi makan sebanyak dua kali sehari. Pada pagi hari dan ketika di sore hari menjelang matahari terbenam. Maka sudah harus bunda menyiapkan keong untuk makan per harinya. Dikira-kira agar cukup untuk dua kali makan.

Sepulang sekolah bunda akan mencari pakan untuk itik. keong yang terkumpul itu akan diberikan pada itik untuk makan sore dan pagi berikutnya. Sedangkan untuk makan sore harinya, siangnya keong- keong itu harus ada.

Sebenarnya tidak setiap hari kebutuhan keong itu bisa terpenuhi. Karena juga tergantung nasib. Tergantung jika menemukan lokasi persawahan yang tepat yang disana banyak terdapat keong.

Di sawah juga ada tanaman jenis genjer yang banyak dijumpai. Dan itik juga suka memakannya. Maka selain bunda mencari keong, bunda juga akan membawa genjer-genjer itu pulang untuk diberikan pada itik.


[caption id="attachment_178380" align="alignright" width="192" caption="memori masa kecil, mencari keoang di sawah (Dok. Sekar Sari Indah Cahyani)"]

13358355691514035856
13358355691514035856
[/caption]

Kami anak-anaknya juga sering membantu bunda mencari pakan itik. Masih segar dalam ingatan saya pengalaman mencari keong di sawah. Kaki berlumuran lumpur.

Yah… dulunya saya adalah anak sawah. Anak yang suka bermain di sawah. Berkeliaran diantara hijaunya petak-petak sawah untuk menemukan keberadaan keong-keong berharga. Setiap hari berlumuran lumpur.

----------------------------------------------


Rejeki tidak selalu mulus. Itik juga ada mengalami masa-masa susah bertelur. Apalagi jika sedang musim penghujan. Bulu ekor pada itik akan berguguran. Sehingga itik akan susah untuk bertelur. Kadang tidak ada telur yang dihasilkan satu pun. Kadang hanya ada satu atau dua butir telur saja. Terpaksa telur-telur itu harus dikumpulkan dulu. Setelah terkumpul cukup banyak baru dijual.

Biasanya bunda akan menjual telurnya jika terkumpul banyak berkisar antara 30-an butir. Dulu ketika itu satu butir dihargai sekitar Rp 500,-. 30 X 500 = 15.000. ya hanya Rp 15.000 saja. Kadang jumlahnya lebih kadang kurang.

Jika telur yang dijual banyak maka uang yang diperolah juga akan banyak. Bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari. Jika bersisa akan disimpan bunda dengan baik untuk keperluan lainnya. sebenarnya tidak cukup. Karena dedak yang dicampurkan pada pakan keong juga harus dibeli. Dibeli ditempat penggilingan padi.

Kadang telur-telur itu tidak selalu habis terjual. Bunda suka menjualnya pada pengepul didekat rumah. Pengepul itu akan membeli telur yang sesuai dengan kriteria pasar. Telur yang cukup besar biasanya. Sedangkan yang ukurannya kecil tidak dibeli. Maka sisa telur yang tidak terjual itu dibawa pulang kembali.

Beruntunglah jika ada pemilik kedai atau warung minum yang menyediakan minuman seperti teh telur yang mau membeli.

-----------------------------------------------


Apakah memelihara itik bisa semudah itu? tidak sama sekali. Sama dengan manusia, itik juga akan mengalami masa kurang produktif. Pada masa ini, itik akan susah untuk bertelur. Telur yang dihasilkan akan semakin sedikit. Jika sudah memasuki kondisi seperti itu, itik-itik itu akan dijual atau diganti dengan yang baru. jika uang yan ada cukup, maka akan diganti langsung dengan itik yang baru. jika tidak bunda akan meneteskan telur dan menunggunya hingga besar dan bisa bertelur.

Jika bunda memilih menetaskan telur dulu, telur akan dierami oleh induk ayam. Tidak semua telur berhasil ditetaskan dalam sekali masa eram.

Itik-itik yang berhasil ditetaskan akan dirawat hingga besar. Pertumbuhan itik kan juga tidak cepat. Jadi itik-itik kecil itu akan dilepaskan di sawah. Di sawah mereka bisa berkembang dan mencari makanan sendiri. pagi atau sepulang mengajar, bunda akan melepaskannya ke sawah lalu setelah sore hari akan dikurung kembali.

Menunggu hingga itik-itik itu bisa bertelur. Jika sudah mampu bertelur maka akan dilepaskan di dalam kandang lama sebelumnya.

Maka selanjutnya, kamilah yang akan “main” di sawah untuk mencarikan itik-itik itu pakan keong.

----------------------------------------------


Ya… seperti itulah rutinitas yang akan dijalani bundaku. Sepulang mengajar, akan pindah tugas ke sawah untuk memungut keong sebagai pakan itik.

Telur yang dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan termasuk digunakan untuk menyekolahkan kami. Anak yang akan disekolahkan ada lima orang anak. Ketika yang disekolahkan tinggal tiga orang anak, bunda tidak lagi bersama ayah. bunda sudah berpisah dengan ayah.

Maka selain dari gaji, jualan makanan kecil disekolahnya, juga bergantung pada telur itik. Itik menjadi hewan yang berharga ketika itu bagi kelurga kami. Berkat telur itik itu kami bisa sekolah. Terima kasih tuhan, dari rizki yang engkau turunkan lewat itik itu kami bisa sekolah.

Bunda tetap bersyukur menjalani itu semua. Ada pengalaman dan pelajaran hidup yang diwariskan bunda kepada kami. Banyak pesan dan nasehat yang disampaikan bunda.

Walaupun kini bunda tidak lagi memelihara jenis itik yang dulu namun kisah perjalanan hidup bersama itik itu masih tersimpan rapi dalam ingatan. Kini bunda hanya memelihara beberapa ekor jenis itik jao (itik manila) saja.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun